POSTINGNEWS.ID — Polemik trotoar di kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, kembali memantik perdebatan publik. Fasilitas pejalan kaki yang menuai kritik itu dinilai tidak memenuhi standar aksesibilitas, terutama bagi penyandang disabilitas.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan menegaskan bahwa trotoar yang dipersoalkan warga tersebut bukan berada dalam kewenangan mereka.
Pemkot menyebut proyek itu merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi Banten.
BACA JUGA:Dulu Jadi Terapi, Kini Jadi Liburan, Pantai Ternyata Baik untuk Kesehatan Mental
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Humas Dinas SDABMBK Tangsel, Kemal, saat merespons keluhan warga yang ramai disuarakan melalui media sosial dan laporan langsung ke pemerintah daerah.
“Lokasi pedestrian di depan SMPN 8 Kota Tangerang Selatan, Jalan Serpong–Puspiptek, merupakan kewenangan Dinas PUPR Provinsi Banten,” ujar Kemal saat dikonfirmasi, Sabtu (27/12/2025).
Meski menegaskan bukan kewenangannya, Pemkot Tangsel mengaku tidak menutup mata terhadap keluhan masyarakat terkait kondisi trotoar yang dianggap bermasalah tersebut.
BACA JUGA:Afrika Diam-Diam Terbelah, Daratan Timur Bersiap Pisah dan Bentuk Samudra Baru
Kemal menyebut laporan warga telah diteruskan kepada instansi yang berwenang agar dilakukan evaluasi teknis dan penanganan lanjutan sesuai aturan yang berlaku.
“Keluhan tersebut telah kami teruskan dan koordinasikan kepada Dinas PUPR Provinsi Banten untuk dilakukan evaluasi dan penanganan lebih lanjut sesuai kewenangannya,” tambah Kemal.
Trotoar tersebut sebelumnya menuai kritik karena dicat kuning menyerupai guiding block, namun tidak dilengkapi jalur pemandu khusus yang semestinya digunakan penyandang tunanetra.
Sorotan publik semakin tajam karena kualitas pengerjaan dinilai tidak sebanding dengan anggaran pembangunan fasilitas publik yang seharusnya ramah bagi semua pengguna.
BACA JUGA:Telepon Natal Prabowo ke Hotman Paris, Pujian Bisnis Mengalir tapi Ada Pesan Narkoba
Belakangan, trotoar itu dicat ulang menjadi abu-abu tua. Namun, sisa cat kuning masih terlihat di beberapa bagian sehingga kembali menuai komentar miring dari warga.
Warga sekitar, Alwan (45), menilai perbaikan yang dilakukan belum menyentuh kebutuhan utama. “Ini harusnya dipakai kayak guiding block,” ujarnya, sambil membandingkan fasilitas serupa di Jakarta.*