POSTINGNEWS.ID ---- Pemandangan Langka di Gedung Merah Putih Biasanya nih, Sob, kalau ada pejabat daerah yang ramai-ramai datang ke Gedung Merah Putih alias markasnya KPK, pikiran kita pasti langsung traveling ke mana-mana. "Wah, ada OTT nih?" atau "Siapa lagi yang bakal pakai rompi oranye?". Wajar sih, karena imej KPK kan memang 'angker' buat para pejabat nakal.
Tapi, stigma itu barusan dipatahkan mentah-mentah sama Kang Dedi Mulyadi (KDM). Gubernur Jawa Barat yang terkenal nyentrik ini justru datang dengan gaya santuy tapi full team. Nggak tanggung-tanggung, dia bawa rombongan "Avengers" versi birokrasi: mulai dari bos-bos BUMN (Perum Jasa Tirta, PTPN), BBWS, sampai para Bupati, termasuk Bupati Purwakarta. Tujuannya? Bukan buat nyerahin diri, tapi buat "mengunci" aset negara biar nggak dimaling!
Misi Penyelamatan Aset: "Jangan Sampai Hilang Baru Teriak"
BACA JUGA:Digeruduk Dedi Mulyadi, Ini Dalang Perusakan Kebun Teh di Pangalengan
Dalam sesi ngobrol bareng wartawan, KDM menegaskan kalau kedatangannya ini adalah langkah preventif alias pencegahan. Isunya spesifik dan krusial banget: tata kelola lahan dan normalisasi sungai.
Kita tahu sendiri kan, di Jawa Barat banyak banget aset negara kayak tanah perkebunan atau bantaran sungai yang seringkali "disulap" fungsinya secara ilegal. Alih fungsi lahan ini bukan cuma bikin negara rugi bandar, tapi juga jadi biang kerok bencana alam kayak banjir dan longsor.
"Ya saya ke bidang pencegahan, ngurusin normalisasi sungai," kata Dedi santai. Kalimatnya simpel, tapi maknanya dalam. Dia pengen KPK ikut mengawasi proses pemulihan aset-aset ini supaya nggak ada celah buat main mata. Intinya, dia minta KPK buat jadi backing-an supaya proses penertiban aset berjalan mulus tanpa gangguan mafia tanah.
Sinergi Keroyokan Demi Lingkungan
BACA JUGA:Pangalengan Mendadak Botak, Dedi Mulyadi Tegur PTPN Jangan Coba-coba Main Alih Fungsi Lahan
Kenapa harus bawa rombongan BUMN dan Bupati? Karena Dedi sadar, ngurusin Jabar itu nggak bisa single fighter. Perlu sinergi keroyokan biar kebijakan di provinsi nyambung sampai ke kabupaten.
Dedi menekankan kalau fungsi sungai, hutan, dan perkebunan harus dikembalikan ke kodratnya sebagai penyangga ekosistem. Kalau aset-aset ini rusak atau dikuasai oknum, yang kena imbasnya ya keselamatan warga dan ekonomi daerah. Jadi, langkah ini adalah paket lengkap: nyelamatin duit negara sekaligus nyelamatin nyawa rakyat dari bencana. "Saya meminta jajaran BUMN agar seluruh aset-aset yang ada di Jawa Barat terjaga," tegasnya.
Pangkas Anggaran 5 Triliun: Shock Therapy Birokrasi Nggak cuma soal tanah dan air, manuver Dedi di KPK juga nyerempet soal duit tunai. Ternyata, ini bukan kali pertama dia "apel" ke KPK. Mei 2025 lalu, dia udah minta masukan soal reformasi anggaran. Hasilnya? Gila-gilaan, Sob!
Sedang dirumuskan realokasi anggaran lebih dari Rp 5 triliun! Duit segunung ini didapat dari hasil "memeras" pos-pos belanja yang dianggap nggak faedah alias pemborosan. Dedi pengen setiap rupiah duit rakyat Jabar bener-bener netes ke sektor prioritas: pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Jadi, nggak ada lagi tuh cerita anggaran habis buat rapat di hotel atau perjalanan dinas fiktif.
BACA JUGA:Petani Menangis Kebun Teh Dibabat, Gubernur Dedi Mulyadi Murka: 'Hentikan atau Penjara!'
Pendidikan Ala Militer buat Generasi Muda?
Satu lagi poin unik yang dibahas adalah soal pendidikan karakter. Dedi menyinggung program pembinaan siswa bermasalah di barak militer yang masuk prioritas anggaran. Tujuannya bukan mau bikin wajib militer, tapi ngebentuk mental supaya bibit-bibit perilaku menyimpang (yang bisa berujung korupsi di masa depan) bisa dipangkas sejak dini.
FYI: Era Baru Transparansi Langkah Dedi Mulyadi ini ngasih sinyal kuat kalau pencegahan korupsi itu nggak melulu soal nunggu ditangkap. Justru, pejabat yang bersih berani transparan dan proaktif ngajak KPK kolaborasi dari awal perencanaan.
Publik Jawa Barat sekarang tinggal menunggu realisasinya. Apakah kolaborasi Eksekutif-BUMN-KPK ini bakal bikin Jabar makin glowing dan bebas korupsi? Atau cuma sekadar gimmick politik? Kita pantau terus, Sob! Yang jelas, gaya kepemimpinan "jemput bola" kayak gini patut diacungi jempol.