Tak Terima Disuruh Taubat Nasuha soal Banjir Sumatera, Bahlil: Cak Imin Juga Harus Taubat

Kamis 04-12-2025,22:02 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Polemik kecil antarmenteri kembali mencuat di tengah beratnya penanganan banjir besar di Sumatera. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia merespons santai seruan koleganya, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, yang sebelumnya meminta dirinya melakukan taubat nasuha setelah bencana terjadi.

Komentar itu ia lontarkan di Istana Kepresidenan pada 4 Desember 2025, seolah ingin menegaskan bahwa jika bicara soal pertobatan, semua pejabat seharusnya ikut antre.

“Kalau pertobatan nasuha, Cak Imin juga pertobatan nasuha-lah, semuanya ya. Oke ya? Semua, kita semua harus apa ya…ya evaluasi diri, ya” kata Bahlil.

Dengan gaya khasnya, ia kemudian menepis anggapan bahwa ocehan itu mengganggunya. Bahlil menegaskan dirinya hanya bekerja menjalankan perintah Presiden Prabowo Subianto, terutama untuk menangani situasi genting pascabencana.

BACA JUGA:DPR Singgung Filipina dalam Rapat Banjir Sumatera, Intinya Minta Raja Juli Mundur Kalau Tak Sanggup Jadi Menteri

“Saya fokus untuk menjalankan urusan rakyat dan apa yang diperintahkan oleh Bapak Presiden. Saya lagi urus urusan di lokasi bencana” ujarnya.

Sebelumnya, Cak Imin mengatakan dirinya telah melayangkan surat kepada tiga menteri sekaligus, yakni Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq. Semua disurati setelah banjir bandang dan longsor menghantam Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Menurut Cak Imin, isi surat itu adalah ajakan untuk melakukan evaluasi total atas seluruh kebijakan dan langkah pemerintah yang selama ini berkaitan dengan tata kelola lingkungan. Ia menyebut bencana yang melanda Sumatera bukan datang tiba-tiba, melainkan hasil kombinasi dua persoalan mendasar, yakni lingkungan yang rusak akibat ulah manusia sendiri dan lemahnya perencanaan atau antisipasi.

Dalam kesempatan sebelumnya, ia juga menyampaikan belasungkawa kepada para korban bencana di berbagai wilayah. Cak Imin bercerita bahwa beberapa hari lalu ia berkunjung ke Sukabumi, Jawa Barat, untuk peletakan batu pertama pembangunan rumah relokasi korban bencana. Di sana ia kembali melihat bagaimana kerawanan longsor mengintai, sehingga ia mengajak semua pihak bergotong-royong memperbaiki kondisi lingkungan.

BACA JUGA:Pemerintah Bidik 12 Perusahaan Biang Kerok Banjir Sumatera, 20 Izin Usaha Hutan Terancam Dicabut

“Hari ini saya berkirim surat ke Menteri Kehutanan, ke Menteri ESDM, ke Menteri Lingkungan Hidup untuk bersama-sama evaluasi total seluruh kebijakan, policy, dan langkah-langkah kita sebagai wujud komitmen dan kesungguhan kita sebagai pemerintah” kata Cak Imin ketika memberikan sambutan pada acara workshop program SMK Go Global di Bandung pada 1 Desember 2025.

Dalam konteks bencana Sumatera yang menelan ratusan korban jiwa, saling sindir dan saling ajak introspeksi di antara pejabat kabinet menjadi warna tambahan yang sering muncul ketika publik mulai mempertanyakan keseriusan pemerintah mengelola risiko lingkungan. Meski begitu, baik Bahlil maupun Cak Imin sama-sama mengaku mendorong evaluasi. Bedanya, satu memilih menyurati kolega, satu lagi memilih memastikan dirinya tetap turun ke lokasi bencana.

Di tengah banjir yang memorak-porandakan Aceh hingga Sumatera Barat, perdebatan kecil ini menjadi pengingat bahwa persoalan lingkungan bukan hanya urusan hujan dan sungai, tetapi juga bagaimana pejabat membaca tanda-tanda alam dan kesediaan mereka untuk benar-benar memperbaiki keadaan. Kalau soal “taubat nasuha” jadi bahan pembuka, publik tentu menunggu apakah evaluasi yang dijanjikan akan lebih konkret daripada sekadar saling melempar pernyataan.

Kategori :