Gibran Sibuk Menenangkan Korban Banjir Sumatera, Sementara Bantuan Masih Tersendat

Kamis 04-12-2025,10:36 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendatangi para pengungsi banjir bandang di Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada Kamis 4 Desember 2025. Kehadirannya disambut meriah warga yang sejak bencana melanda belum banyak melihat pejabat pusat datang langsung. Sambutan hangat itu lebih mirip pelepasan beban daripada selebrasi, karena begitu Gibran tiba, keluhan warga langsung mengalir deras seperti arus sungai sebelum banjir meratakan desa ini.

Begitu memasuki area pengungsian, Gibran langsung dikerubungi ibu-ibu yang menyampaikan keresahan mereka. Kehilangan rumah, harta benda, dan kepastian hidup membuat mereka butuh tempat bercerita, dan kebetulan wakil presiden yang berkemeja biru itu datang tepat saat emosi sedang penuh.

“Tenang saja ya. Nanti ibu di pengungsian dulu ya” kata Gibran berusaha menenangkan para ibu yang sudah berhari-hari hidup dalam situasi yang serba terbatas.

Belum selesai menenangkan satu kelompok, datang lagi warga lain yang sudah tak bisa menahan kegelisahannya. Mereka mengeluh bahwa meski masih ada uang di tangan, tak satu pun barang bisa dibeli karena seluruh pasokan hilang tersapu banjir. Yang tersisa hanya antrean, tenda darurat, dan rasa bingung.

BACA JUGA:Anjing K9 Reno Gugur Saat Cari Korban Longsor di Agam Sumbar, Polda Riau Berduka

“Uang ada, Pak, tapi barangnya enggak ada. Tapanuli Tengah memang enggak ada, Pak. Belum Ada, Pak” kata seorang perempuan yang sejak pagi menunggu bantuan datang.

Gibran mencoba meredam kecemasan itu. Ia menjelaskan situasi akses yang terputus menyebabkan bantuan tersendat. Dengan nada menenangkan yang serba diupayakan, ia berkata “Bantuannya datang semua Bu, hari ini ya. Ini kan karena terputus.”

Janji itu mengambang di udara yang panas dan berdebu, di tengah warga yang sudah berpekan-pekan menunggu kabar pasti. Di desa yang kini lebih mirip lokasi pembangunan besar ketimbang permukiman, kehadiran Gibran sedikit banyak memberi ruang bagi warga untuk mengungkapkan kegelisahan. 

Namun atmosfer yang muncul justru seperti sesi konsultasi massal, dengan satu pejabat yang berusaha tampil sebagai penopang moral warga sekaligus pembawa harapan.

BACA JUGA:Tiga Dekade Hutan Tapanuli Terkikis dan Kini Bencana Datang Bertamu

Sementara itu, kondisi desa Garoga sendiri menyajikan pemandangan yang jauh dari kesan kondusif. Banyak rumah tidak lagi berbentuk rumah. Tumpukan batang pohon berserakan menutup pintu, jendela, bahkan fondasi. Ada bangunan yang rata dengan tanah, seakan disapu tangan raksasa. Di areal yang dulu berupa pekarangan dan kebun warga, kini ekskavator menggali puing-puing yang menimbun apa pun yang tersisa.

Cuaca cerah dan panas justru menambah suasana muram. Debu berterbangan setiap kali mesin alat berat bergerak. Anak-anak berjalan tanpa arah sambil memerhatikan rumah-rumah yang berubah jadi gundukan kayu dan lumpur.

Di balik kedatangan Gibran yang membangun kesan sigap turun ke lapangan, data resmi menunjukkan bahwa bencana tidak menunjukkan tanda mereda. Per sore 3 Desember 2025, BNPB mencatat total korban tewas mencapai 770 orang di tiga provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. 

Khusus Sumatera Utara, 299 orang meninggal dan 159 masih hilang. Jumlah warga terdampak mencapai 1,6 juta jiwa, jumlah yang jauh lebih besar daripada kapasitas fasilitas pengungsian yang ada.

BACA JUGA:Gus Yahya Tegaskan Jabatan Bukan Soal Utama, Lalu Apa yang Ia Jaga?

Kategori :