JAKARTA, PostingNews.id — Di tengah gonjang-ganjing konflik internal PBNU, sebuah tudingan lama kembali diangkat ke permukaan. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf kembali diserang isu yang menyebut dirinya sebagai simpatisan Zionis. Tuduhan ini muncul seperti hantu musiman, selalu datang ketika suasana organisasi sedang panas.
Gus Yahya akhirnya angkat bicara. Menurutnya, isu itu bersumber dari dua kejadian yang sejak dulu sering dijadikan alat serang. Pertama, kehadiran akademisi Peter Berkowitz dalam sebuah acara PBNU. Kedua, pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 2018 yang kemudian dipelintir seolah-olah ia mendukung Israel.
Gus Yahya menjelaskan duduk perkara pertemuan itu. Ia menegaskan bahwa rombongan PBNU saat itu tidak punya agenda bertemu Netanyahu. Semua terjadi spontan ketika rombongan diarahkan ke kantor Netanyahu dan tiba-tiba ditawari peran sebagai mediator normalisasi.
Dalam ruang diplomasi yang penuh tekanan itu, Gus Yahya mengatakan ia justru bersikap keras sehingga membuat Netanyahu tersinggung dan meninggalkan ruangan.
BACA JUGA:Reuni 212 Minta 2 Desember Jadi Hari Ukhuwah dan Libur Nasional, Pemerintah Masih Pikir-Pikir
“Saya terang-terangan dan tegas menyatakan bahwa saya datang demi Palestina, dan saya tidak akan pernah berhenti dengan posisi itu apa pun yang terjadi,” kata Gus Yahya di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.
Pernyataan itu bukan sekadar pembelaan sepihak. Justru sebaliknya, konfirmasi paling kuat datang dari pihak Palestina sendiri. Pada April 2023, Wakil Hakim Agung Palestina Mohammed A Y Azzam datang berkunjung ke PBNU dan menyampaikan apresiasi mendalam atas sikap Gus Yahya yang dinilai konsisten membela kepentingan Palestina.
Dukungan tak berhenti di situ. Retno Marsudi yang kala itu menjabat Menteri Luar Negeri juga menilai langkah diplomasi PBNU berada di jalur yang sama dengan perjuangan rakyat Palestina. Duta Besar Iran untuk Indonesia pun memberikan penghormatan yang sama. Semua ini menjadi penegasan bahwa tuduhan yang beredar lebih banyak berasal dari potongan informasi yang dipisahkan dari konteks.
Rekam jejak PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya juga menunjukkan garis sikap yang terang. Pada 2023, PBNU menggelar R20 International Summit of Religious Authorities atau ISORA yang menghasilkan seruan kuat untuk menghentikan kekerasan di Gaza.
BACA JUGA:Asal-Usul Sawit Bukan dari Indonesia, Begini Sejarahnya Hingga Jadi Komoditas Primadona
Sebelumnya, PBNU juga melakukan serangkaian lobi diplomatik, bertemu pejabat Palestina, dan aktif membangun kolaborasi dengan berbagai ormas Islam nasional untuk memperkuat solidaritas terhadap Palestina.
Fakta-fakta ini memperlihatkan pola yang jelas. Tuduhan pro-Zionis yang diarahkan kepada Gus Yahya tidak berdiri di atas data utuh. PBNU menilai tudingan tersebut berasal dari narasi yang dipotong, dikeluarkan dari konteks, lalu disebar tanpa mencerminkan posisi organisasi secara keseluruhan.
Sementara itu, pengakuan langsung dari tokoh-tokoh Palestina dan rekam jejak diplomasi PBNU justru menunjukkan kebalikannya.
Dengan begitu, PBNU kembali menegaskan bahwa posisinya tetap sama sejak awal. Dalam urusan Palestina, sikap mereka tidak berubah.
BACA JUGA:RK Lepas Tangan soal Korupsi Iklan BJB, KPK Malah Makin Ngegas Buka Bukti