KDM Mau Bikin Kereta Ngebut Padjajaran Saingan Whoosh, Warga Bandung Siap Nyampe Sebelum Kopi Habis

Selasa 02-12-2025,22:30 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Bayangkan naik kereta dari Gambir ke Bandung cuma butuh satu jam lewat sedikit. Itulah mimpi baru yang lagi digodok Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT KAI lewat rencana kereta cepat versi mereka sendiri yang diberi nama KA Kilat Pajajaran. Di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi, wacana ini muncul sebagai gebrakan segar yang digadang-gadang bakal jadi solusi mobilitas super efisien rute Jakarta–Bandung.

Tidak berhenti sampai di situ. Kang Dedi bahkan sudah menyiapkan visi panjang jalur ini. Katanya, kalau Kilat Pajajaran sudah jalan sampai Bandung, rangkaiannya akan terus melesat ke Garut, Tasikmalaya, sampai Banjar. Estimasi waktu tempuhnya pun dibuat menggelitik imajinasi, dua jam saja dari titik awal. Di tengah ambisi transportasi itu, Dedi juga menyelipkan misi ekonomi lewat gerbong khusus logistik pertanian yang diharapkan bisa memangkas biaya distribusi pangan dari pedalaman ke kota.

Proyek ini akan dibiayai penuh oleh APBD Jawa Barat, dengan total anggaran Rp8 triliun yang dicairkan bertahap Rp2 triliun setiap tahun. Pengkajian awal dijadwalkan mulai tahun depan, sementara pembangunan fisik diproyeksikan dimulai pada 2027 dan selesai pada 2030. Semua masih di atas kertas, tetapi arah pembicaraan sudah cukup jelas.

Namun begitu wacana ini naik ke permukaan, publik langsung memunculkan pertanyaan besar. Ada Whoosh, kereta cepat Indonesia–China yang sudah mendahului rute Jakarta–Bandung dengan waktu tempuh 46 menit saja. Jadi, Kilat Pajajaran ini calon pesaing, pengganggu, atau justru pelengkap?

BACA JUGA:Prabowo Sudah Kantongi Laporan Dugaan Pembalakan Liar di Balik Banjir Sumatera

Benturan wacana itu makin menarik setelah Dedi mengklaim bahwa Kilat Pajajaran bisa menempuh Jakarta–Bandung dalam 1,5 jam. Dari Bandung ke Banjar hanya perlu tambahan dua jam. Pengamat Transportasi ITB, Sony Sulaksono, memprediksi kereta ini kalau jadi, bakal melaju 250 sampai 300 km per jam melalui jalur konvensional yang dirapikan ulang, bukan rel khusus high speed seperti Whoosh.

Whoosh sendiri mengoperasikan kereta berkecepatan 350 km per jam dengan durasi perjalanan kurang dari sejam. Tetapi ia hanya punya empat stasiun dan tiketnya lebih premium, mulai dari Rp275 ribu hingga Rp600 ribu.

Sementara itu, PT KAI masih memilih berhitung sebelum terlalu maju bicara. Wakil Direktur Utama PT KAI, Dody Budiawan, menegaskan bahwa wacana Kilat Pajajaran ini masih pada tahap paling awal. Dokumen, studi kelayakan, sampai detail rancangannya belum rampung.

“Perlu studi banyak hal dan perlu kami siapkan segala macamnya. Intinya, masih kami pelajari dahulu, review, dan membuat dokumen-dokumennya, karena banyak sekali yang harus dilakukannya,” ujar Dody saat ditemui awak media di Stasiun Bandung, Senin 1 Desember kemarin.

BACA JUGA:GOTO–Grab Masih PDKT, Manajemen Ngaku Siap Kalau Pemerintah Minta Merger

Salah satu pertanyaan penting adalah apakah kereta ini akan menggunakan rel lama atau membangun yang baru. Dody sampai menegaskan bahwa ia belum siap berspekulasi. “Kami belum bisa berandai-andai.”

Di luar sana, kritik pedas lebih dulu datang. Sony Sulaksono menyebut rencana ini aneh. Baginya, PT KAI sedang mati-matian memulihkan finansial Whoosh yang punya beban utang besar. Kalau Pemprov Jabar membuat kereta cepat lain di rute serupa, Sony khawatir efeknya justru kontraproduktif.

“Ini aneh dan kontraproduksi,” ujarnya. Sony menilai Kilat Pajajaran bisa mencuri pasar Whoosh yang selama ini baru mulai stabil. Apalagi kalau proyek baru ini harus membuat jalur lurus khusus seperti Whoosh. Menurutnya, anggaran Rp8 triliun jelas tidak cukup.

Ia bahkan menyarankan supaya Pemprov Jabar fokus membenahi jalur lain yang lebih strategis, seperti Banjar–Pangandaran–Pamulang, atau mempercepat pembangunan LRT Bandung Raya.

BACA JUGA:BMKG Blak-blakan: Indonesia Tak Siap Hadapi Bencana Banjir Sebesar di Sumatera

Kategori :