Tapteng Mencekam! Kelaparan & Harga 'Gila': Cabai Rp 200 Ribu per Kg, Warga Nekat Jarah Swalayan!

Senin 01-12-2025,15:18 WIB
Reporter : Reynaldi
Editor : T. Sucipto

POSTINGNEWS.ID ---  Bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, kini bermuara pada krisis sosial yang mengerikan.

Bukan lagi soal air bah yang merendam rumah, kini urusan perut yang memicu kekacauan. Di Kecamatan Pandan, situasi menjadi tidak kondusif setelah ratusan warga yang kelaparan dan kehabisan uang nekat melakukan aksi penjarahan massal di sejumlah swalayan dan minimarket pada Sabtu (29/11) lalu.

Video-video amatir yang beredar memperlihatkan warga menyerbu masuk ke Swalayan Aido, Indomaret, dan Alfamidi, mengambil paksa beras, minyak, dan kebutuhan pokok lainnya. Apa yang sebenarnya memicu aksi nekat ini? Simak 3 fakta miris di balik tragedi Pandan.

BACA JUGA:JK Hitung Pemulihan Banjir Sumatera Butuh Rp 60 Miliar, Warga Diajak Patungan Kemanusiaan

1. Harga Pangan "Mencekik Leher"

Pasca-bencana, hukum ekonomi pasar berlaku kejam. Kelangkaan barang membuat harga kebutuhan pokok di Tapteng melambung ke angka yang tidak masuk akal.

Warga setempat melaporkan kenaikan harga yang "gila-gilaan":

Telur Ayam: Tembus Rp 5.000 per butir.

Cabai: Menyentuh angka Rp 200.000 per kilogram.

Bagi warga yang rumahnya hancur dan hartanya hanyut, harga semahal itu jelas tak terjangkau.

"Semua mahal. Uang kami sudah pada habis," ujar Syakila, salah seorang warga Pandan, dengan nada putus asa.

BACA JUGA:Banjir Sumatera Mengamuk, Bahlil Akui Bersalah karena Dulu Ikut Tebang Hutan

2. Bantuan Belum Merata, Perut Tak Bisa Menunggu

Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, sebenarnya telah tiba di lokasi sejak Jumat (28/11) membawa bantuan logistik. Namun, distribusi di lapangan dinilai lambat dan tidak merata.

Syakila mengungkapkan bahwa antrean di Kantor Bupati sangat panjang dan banyak warga yang pulang dengan tangan hampa.

"Hari ini, baru penjarahan. Karena bahan sembako kami udah pada habis," akunya.

Rasa lapar dan ketidakpastian kapan bantuan datang membuat warga kehilangan kesabaran. Swalayan yang masih memiliki stok barang akhirnya menjadi sasaran amuk massa yang panik.

Kategori :