JAKARTA, PostingNews.id — TNI AD tampaknya bersiap menjadi versi super-size dalam empat tahun ke depan. Tidak tanggung-tanggung, pusat komando akan ditambah sampai 16 kodam baru, membuat totalnya membengkak dari 21 menjadi 37 pada 2029. Kalau Kodam adalah cabang waralaba keamanan, ini mungkin ekspansi terbesar sejak era Reformasi.
Kolonel Donny Pramono membenarkan rencana itu sambil menegaskan bahwa proyek ini bukan tiba-tiba muncul dari mimpinya semalam. Katanya, ini bagian dari pembangunan kekuatan jangka menengah.
“Dalam rencana pembangunan kekuatan jangka menengah, TNI AD telah menetapkan penambahan organisasi di tingkat kewilayahan. TNI AD memiliki 21 Kodam, sesuai rencana pengembangan hingga 2029 jumlah tersebut akan diperkuat menjadi 37 Kodam. Artinya nanti ada 16 Kodam baru yang digelar secara bertahap,” ujar dia kepada wartawan, Rabu, 26 November 2025.
Prosesnya pun tidak sekadar bangun markas lalu cabut pita peresmian. Ada penyusunan struktur, validasi organisasi, alokasi prajurit, sampai pembangunan fasilitas—pokoknya full paket. Lokasi dan waktu masih menunggu ketok dari Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan, karena urusan pertahanan negara tidak bisa asal lokasi strategis seperti buka coffee shop.
BACA JUGA:Setuju Soal Tentara Jaga Kilang Minyak, Bahlil: Daripada Disabotase Orang Lain
Donny menjelaskan bahwa perluasan ini dilakukan untuk mempercepat komando, memperpendek rentang kendali, dan menambah daya respon ketika ada ancaman.
“Ini bagian memperkuat pertahanan wilayah, meningkatkan kecepatan komando pengendalian, memperpendek rentang kendali, serta memastikan respons yang lebih cepat terhadap potensi ancaman,” ujarnya.
Selain faktor keamanan, dinamika ekonomi dan sebaran penduduk juga ikut menekan tombol akselerasi pemekaran.
Pelaksanaan dimulai 2025 sampai 2029, bertahap sesuai kesiapan anggaran, personel, dan infrastruktur—tidak langsung 16 sekaligus, takut bangunan jadi seperti rumah kos dikebut seminggu.
BACA JUGA:Tudingan Korupsi Menguat, Dahnil Lawan Isu Kartel Haji dengan Mubahalah
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Maruli Simanjuntak juga buka suara. Ia menilai penambahan kodam sangat nyambung dengan kebutuhan wilayah luas yang rawan bencana. Ia memberi contoh pengalaman saat Flores butuh bantuan, tapi prajurit cuma satu kompi dan sisanya harus dipanggil dari Kupang sampai Bali.
“Saya dulu merasakan bagaimana bencana alam di daerah Flores. Prajurit kita cuma ada satu kompi di sana, terpaksa kami deploy dari Kupang, bahkan dari Bali untuk membantu rakyat,” ujarnya.
Kodam IX/Udayana yang memayungi Bali-NTB-NTT digambarkannya seperti satu guru menangani satu kelas penuh anak hiperaktif.
Jarang cukup, sering ngos-ngosan. “Kita juga keterbatasan transportasi,” kata dia.
BACA JUGA:Kilang Minyak Dijaga Tentara, BUMN Kini Serasa Markas Militer