Contohnya:
Brand fintech menggunakan nada lembut dan stabil untuk menciptakan rasa aman.
Brand energi atau olahraga memilih musik cepat dan penuh semangat.
Di Indonesia, contoh suksesnya jelas terlihat:
Gojek dengan jingle “Pasti Ada Jalan” menonjolkan rasa optimisme, sementara Tokopedia punya nada khas yang ceria dan mudah diingat.
Mereka berhasil bikin sound identity yang langsung nyantol di telinga dan hati pengguna.
BACA JUGA:Tren Bisnis di Era Digital Berubah, Sribu Capai 67 Persen Pertumbuhan!
Cara Membangun Audio Branding yang Efektif
Kalau kamu mau bikin audio branding yang berkesan, jangan asal pesan jingle ke studio musik. Mulailah dari strategi, bukan suara.
Berikut langkah-langkah yang disarankan tim kreatif Sribu:
Kenali Kepribadian Brand Kamu.
Tentukan emosi dan nilai yang mau ditonjolkan. Apakah ingin terdengar elegan, profesional, ramah, atau energik?
Pilih Gaya Musik dan Suara yang Relevan.
Gunakan elemen audio yang mencerminkan karakter brand. Piano lembut cocok buat produk premium, beat elektronik buat brand teknologi.
Jaga Konsistensi di Semua Kanal.
Gunakan suara yang sama di iklan, media sosial, aplikasi, sampai event offline. Konsistensi ini bikin brand kamu mudah diingat.
Tes Respons Audiens.
Uji langsung ke target pasar. Studi menunjukkan, brand yang menguji identitas audionya bisa meningkatkan brand recall 8x lebih tinggi.
Tantangan: Antara Tren dan Keaslian
Satu hal yang sering bikin brand gagal adalah ngikut tren audio tanpa arah.
Nada-nada viral di TikTok memang menggoda, tapi tanpa kesesuaian karakter, identitas brand bisa kabur.
Kuncinya? Seimbang antara unik dan relevan. Suara kamu boleh berubah mengikuti zaman, tapi jangan kehilangan DNA-nya.