POSTINGNEWS.ID - Beberapa pekan terakhir, masyarakat di berbagai wilayah Indonesia mengeluhkan suhu udara yang semakin panas bahkan sejak pagi hari.
Kondisi ini membuat aktivitas luar ruangan terasa lebih berat dan tidak nyaman.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan fenomena tersebut disebabkan oleh peralihan musim kemarau menuju musim hujan.
BACA JUGA:Habiburokhman: Saya Belum Pernah Ketemu Orang yang Nolak MBG
Dalam masa transisi ini, kondisi atmosfer menjadi tidak stabil dengan perubahan suhu dan arah angin yang sangat dinamis.
Saat langit terlihat cerah tanpa awan, sinar matahari langsung menembus permukaan bumi sehingga menyebabkan peningkatan suhu yang signifikan.
Akibatnya, masyarakat merasakan panas menyengat hingga malam hari.
BACA JUGA:Prabowo Turun Tangan Urus Menu MBG, Katanya Cukup Rp10 Ribu Bisa Dapat Ayam dan Telur
Menurut Guswanto, situasi ini bersifat sementara dan akan mereda seiring meningkatnya pembentukan awan di akhir Oktober.
Namun, masyarakat tetap diimbau menjaga kondisi tubuh dan membatasi aktivitas di bawah terik matahari.
Fenomena suhu ekstrem ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
BACA JUGA:Gus Yahya Ribut Soal Amplop Kiai di Trans7, Gus Roy: Papua Kapan Diperhatiin?
Negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand dan Malaysia juga mengalami gelombang panas serupa akibat perubahan pola angin regional.
BMKG mencatat, suhu udara maksimum di beberapa kota besar Indonesia mencapai 36 hingga 38 derajat Celsius dalam beberapa hari terakhir.
Angka ini termasuk tinggi untuk rata-rata suhu harian di wilayah tropis.