JAKARTA, PostingNews.id – Agus Suparmanto, mantan Menteri Perdagangan di era Presiden Joko Widodo, kini ramai dibicarakan karena disebut-sebut masuk bursa calon Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan atau PPP. Nama Agus naik ke permukaan menjelang Muktamar X PPP yang akan digelar akhir September 2025, sebuah hajatan akbar lima tahunan untuk menentukan pucuk pimpinan partai berlambang Kabah tersebut.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Romahurmuziy, atau akrab disapa Rommy, terang-terangan menyatakan dukungannya. Walau Agus berasal dari luar PPP, Rommy menilai ia bukan orang asing bagi partai dan sudah lama punya kedekatan dengan para ulama, terutama mendiang Maimoen Zubair alias Mbah Moen.
Sejak 2016, Mbah Moen sudah mengajak Agus bergabung ke PPP, ajakan yang kemudian dilanjutkan anaknya, Gus Yasin, sampai tiga kali. “Dia (Agus Suparman to) sampai tiga kali diajak oleh Gus Yasin. Saya baru tahu, tahun 2016 lalu sudah diminta masuk PPP oleh almarhum Ki Maimoen Zubair. Waktu itu saat Mbah Moen ngajak, itu juga di depan Gus Yasin. Sampai Senin lalu, barulah kami memantapkan diri,” ujar Rommy kepada wartawan, Senin, 22 September 2025.
Rommy juga menyebut pengalaman Agus sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2020 menjadi nilai tambah. Meski begitu, ia buru-buru menepis isu bahwa ada campur tangan Jokowi di balik dorongan ini.
BACA JUGA:Jawa Barat Juara Keracunan MBG, JPPI: Ini Bukan Nasi Basi, tapi Sistem yang Basi
“Sekarang pun, menteri yang ada di era Pak Jokowi ada banyak, dan itu tidak kemudian selalu berhubungan. Ini Pak Agus murni karena komunikasi seorang santri dengan kiai, yaitu beliau dengan Mbah Moen. Pak Agus ini dekat dengan para ulama, para kiai, sudah lama,” katanya.
Kinerja buruk PPP pada Pemilu 2024 juga menjadi alasan perlunya darah segar. Partai hanya mengantongi 5,87 juta suara atau 3,87 persen—gagal menembus ambang batas parlemen 4 persen. Rommy menyindir manajemen partai yang amburadul.
“Tidak ada pertikaian menjelang pemilu kemarin, kok bisa tidak lolos. Perolehan suara (PPP) tingkat nasional 2,5 juta di bawah daerah. Suara (pileg) kabupaten-kota kami itu 8,3 juta,” ungkapnya.
Karena itu, PPP dianggap butuh figur dengan modal sosial dan kapital kuat untuk mengembalikan pamor. “Dukungan kepada Pak Agus ini karena memang yang bersangkutan juga pernah tampil sebagai menteri. Pak Agus juga seorang pengusaha yang berhasil di bidangnya. Ini adalah kebutuhan sebuah partai politik, apalagi ketika tidak lolos parlemen, sehingga modal sosial dan modal kapital ini kami temukan pada sosok Agus Suparmanto,” kata Rommy.
Meski Agus jadi sorotan, PPP sempat melirik nama lain. Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya disebut bakal masuk bursa calon ketua umum, tetapi batal lantaran memilih fokus pada urusan pangan sesuai mandat Presiden Prabowo. “Menurut Pak Amran, dia diminta untuk berkonsentrasi mengurus pangan. Jadi, belum meneruskan langkah untuk tertarik masuk ke partai politik,” jelas Rommy.
Dengan dinamika ini, aroma pertarungan internal PPP makin panas. Masuknya Agus Suparmanto bisa jadi jalan bagi partai Kabah untuk bangkit, atau justru membuka babak baru tarik-menarik kepentingan.
Yang jelas, Muktamar akhir September nanti bakal jadi panggung penting, apakah PPP berani menggaet sosok eksternal dengan reputasi menteri sekaligus pengusaha, atau tetap memilih figur kader internal.