JAKARTA, PostingNews.id – Setelah hiruk-pikuk dugaan korupsi pengadaan Chromebook menyeret mantan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim ke jeruji Kejagung, kini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersiap membuka babak lanjutan, yakni pengadaan Google Cloud di Kemendikbudristek. Karena, rupanya di balik jargon “Merdeka Belajar”, ada pula awan digital yang perlu disorot lebih terang.
Ketua KPK Setyo Budiyanto memastikan penyelidikan dugaan korupsi Google Cloud tidak ikut terbengkalai di tengah badai Chromebook. Ia menegaskan, jika suatu saat diperlukan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) guna memanggil Nadiem yang saat ini sudah berstatus tahanan Kejagung.
Seolah menyadari betapa padatnya jadwal tersangka dengan perkara yang menumpuk, KPK tampak tak ingin saling tabrak agenda antar lembaga penegak hukum. “Ada cara koordinasi dengan Jampidsus, dengan para penyidiknya, kalau memang ada proses,” ujar Setyo di Kompleks Parlemen, Kamis, 4 September 2025.
Penyidikan Google Cloud memang sudah lama mengudara. Bahkan Nadiem sendiri sudah sempat diperiksa KPK pada 7 Agustus 2025. Namun sebelum Nadiem, yang lebih dulu digarap adalah dua nama besar yang pernah menduduki pucuk pimpinan GoTo: Melissa Siska Juminto dan Andre Soelistyo. Mereka hadir memberikan keterangan pada 5 Agustus 2025, menyusul aroma keterlibatan GoTo dalam proyek cloud di kementerian.
BACA JUGA:Kisah Grup WA ‘Mas Menteri’, Dari Rencana Digitalisasi Belajar ke Tersangka Korupsi Rp1,9 T
Walau GoTo bukan institusi pemerintahan, KPK tak ragu memanggil para mantan petingginya. Karena, kata kuncinya adalah Google Cloud, bukan Google Classroom. Dan setiap proses pengadaan yang melibatkan angka miliaran rupiah pantas untuk ditanya siapa ikut bermain di baliknya.
Ketika ditanya wartawan apakah ada kaitan langsung antara GoTo dan proyek cloud Kemendikbudristek, KPK tidak buru-buru menjawab hitam-putih. Yang pasti, menurut Setyo, keterangan dari para eks-pemimpin GoTo dibutuhkan untuk “mendalami proses dan mekanisme pengadaan”.
Tak berhenti sampai di situ, Fiona Handayani—eks stafsus Nadiem—juga ikut dipanggil KPK pada akhir Juli 2025. Fiona dikenal publik sebagai satu dari tiga personel “Grup WA Mas Menteri”, yang kini tampak lebih mirip ruang rapat bayangan ketimbang obrolan kasual antar kolega.
Namun sejauh ini, KPK mengklaim tak menemukan hambatan berarti dalam penyelidikan. Semua pihak yang dipanggil, katanya, cukup kooperatif. Mungkin karena sudah terbiasa menghadapi pertanyaan publik, para tokoh digital ini juga tak segan menanggapi penyidik.
BACA JUGA:592 Akun Diduga Jadi Kompor Rusuh, Polisi: Dari Instagram Sampe Grup WA Rasa Aktivis
“Kami mengimbau kepada siapa pun yang nantinya dipanggil untuk kooperatif,” ujar Budi, memberi sinyal bahwa perjalanan ke awan (cloud) ini belum usai.
Sementara di Kejagung kasus Chromebook sudah sampai pada tahap final, di KPK proyek cloud baru naik level dari tutorial ke main quest. Mungkin tak lama lagi, publik akan mendengar apakah pengadaan layanan Google Cloud memang dilakukan demi efisiensi dan transformasi digital atau justru transformasi saldo rekening.
Saat Google Cloud Masih Diselidiki, Laptop Sudah Menjerat
Meski langit digital sedang muram, KPK belum bisa menjatuhkan petir hukum ke proyek Google Cloud. Ketua KPK Setyo Budiyanto menyatakan kasus ini masih berada di tahap penyelidikan, alias belum sampai ke titik terang. Dengan kata lain, prosesnya masih berupa susunan teka-teki yang belum bisa dipamerkan ke publik.
“Masih penyelidikan… banyak hal yang belum bisa kami sampaikan,” ujar Setyo.