JAKARTA, PostingNews.id – Tembakan gas air mata kembali menyasar ruang aman pendidikan. Sedikitnya 12 mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas), Tamansari, Bandung, terkapar setelah polisi melepaskan tembakan gas air mata pada Senin malam, 1 September 2025. Kampus yang semestinya jadi ruang nalar, malah berubah jadi arena kabut pedih yang membuat mahasiswa tercekik dan panik.
Namun aparat menepis tuduhan itu. Mereka bersikukuh tindakan itu hanya bentuk pertahanan. Serangan itu, klaim mereka, hanya respons atas pembakaran ban di depan kampus. Dalih klasik yang belakangan selalu dibawa untuk menghalau kerumunan dan menjaga ketertiban.
Insiden ini menyebar luas di media sosial, khususnya Instagram. Akun @Kolektifa membagikan video detik-detik kampus dibombardir gas air mata. Hingga Selasa pagi, video itu sudah ditonton lebih dari 241 ribu kali hingga memantik gelombang kecaman.
Kampus Mendadak Senyap, Selongsong Berserakan
Esok harinya, tepat hari ini, Selasa, 2 September 2025, suasana di Kampus Unpas Tamansari lengang. Aktivitas perkuliahan seakan lumpuh. Di lokasi kejadian, kaca gedung pecah, diduga terkena proyektil selongsong gas. Tim keamanan kampus bahkan menemukan lebih dari 40 selongsong dan botol gas air mata.
”Ini terjadi pada Jumat malam pukul 23.30 WIB. Ada 12 mahasiswa yang menjadi korban karena terkena gas air mata,” ujar Kepala Unit Keamanan Kampus Unpas, Rosid.
Menurut Rosid, kericuhan bermula saat aparat berpatroli di sekitar kampus dan mendapati kerumunan mahasiswa di depan pagar. Aksi membakar ban yang disebut sebagai bentuk protes berujung pada pembubaran paksa. Gas air mata meluncur deras, memaksa lebih dari 100 mahasiswa lari kocar-kacir masuk ke kampus, menyelamatkan diri ke dalam ruang-ruang kelas dan lorong.
”Lebih dari 40 selongsong gas air di area kampus. Saat terjadi serangan, aparat tidak memasuki area kampus,” kata Rosid.
Serangan serupa juga diduga terjadi di depan Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), yang letaknya berdekatan. Dua kampus, dua ruang pendidikan, dua titik trauma yang belum pulih.
Polisi: Bukan Serangan, Tapi Pembelaan Diri
Di sisi lain, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan menyampaikan versi yang sepenuhnya berbeda. Ia menampik keras tudingan bahwa aparat sengaja menyasar area kampus. Gas air mata, menurutnya, hanya ditujukan untuk menghalau kelompok yang memblokade jalan dan membakar ban.
Lebih jauh, Hendra menyebut video yang beredar hanyalah “berita bohong.” Ia mengklaim bahwa justru aparatlah yang pertama kali diserang menggunakan bom molotov oleh “anak-anak yang diduga kelompok anarko dari Unpas dan Unisba.”
”Kami hanya melakukan pertahanan dari serangan anak-anak yang diduga merupakan kelompok anarko yang tergabung di Unpas dan Unisba,” kata Hendra.
Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Mengapa kampus dibanjiri selongsong gas air mata? Siapa yang harus bertanggung jawab atas 12 mahasiswa yang menjadi korban? Dalam narasi aparat, selalu ada kata “diduga”, “anarko”, “bukan sengaja”, “hanya membela diri”. Sementara di sisi kampus, kaca pecah, selongsong berserakan, dan tubuh mahasiswa menggigil dalam kabut racun.