Jangan Menyerah! Penyintas Kanker Butuh Pendampingan Psikososial dalam Pengobatan

Jumat 22-08-2025,08:00 WIB
Reporter : Dita Tobing
Editor : T. Sucipto

Astia Dika, CPS, seorang trainer komunikasi empatik, juga menekankan bahwa komunikasi bukan sekadar memberi informasi.

“Komunikasi empatik menghadirkan rasa dimengerti, diterima, dan didukung. Dampaknya nyata pada psikologis dan kualitas hidup pasien,” jelasnya.

Praktik sederhana yang bisa dilakukan keluarga dan pendamping antara lain:

Mendengarkan dengan penuh perhatian.

Menghargai perasaan pasien tanpa menghakimi.

Memberikan dukungan verbal positif.

Menghindari komentar yang meremehkan perjuangan pasien.

Dukungan dari Keluarga dan Lingkungan

BACA JUGA:10 Tanaman Obat Ampuh Lawan Kanker Menurut Guru Besar ITB, Apa Saja?

Psikiater sekaligus praktisi psiko-onkologi, dr. Sylvia Detri Elvira, Sp.KJ., Subsp.PK, mengingatkan bahwa terapi kanker biasanya panjang dan melelahkan.

“Tanpa dukungan orang-orang terdekat, pasien lebih rentan kelelahan fisik maupun mental. Dukungan keluarga membantu pasien pulih secara menyeluruh—fisik, mental, sosial, bahkan spiritual,” ujarnya.

Itu berarti, kehadiran keluarga atau teman untuk sekadar menemani kontrol, mendengarkan curhat, atau memberikan semangat kecil dapat menjadi “obat tambahan” yang tidak kalah berharga dari terapi medis.

YKI yang sudah lebih dari empat dekade mendampingi pasien kanker menegaskan perlunya pendekatan holistik.

Tidak cukup hanya mengandalkan pengobatan medis, tetapi juga perlu edukasi, konseling, hingga membangun ekosistem sosial yang peduli.

“Mari kita ciptakan lingkungan yang penuh empati, terbuka untuk komunikasi, dan siap mendampingi penyintas dengan hati yang peduli,” tutup Prof. Aru.

Jika Anda memiliki keluarga, teman, atau tetangga yang sedang berjuang melawan kanker, ingatlah bahwa perhatian kecil—seperti mendengarkan, mengirim pesan semangat, atau sekadar hadir—bisa memberi dampak besar bagi kesehatan mental dan semangat mereka.

Kategori :