Penelitian ini melibatkan analisis terperinci terhadap data dari 48 penelitian sebelumnya tentang genetika dan stroke iskemik.
Dengan melibatkan sampel yang luas, yakni sekitar 17.000 pasien yang menderita stroke dan hampir 600.000 orang kontrol non-stroke, studi ini memberikan landasan yang kuat untuk menarik kesimpulan yang lebih mendalam.
BACA JUGA:Waduh! Universitas Columbia Umumkan Ancaman Pengeluaran Bagi Mahasiswa yang Mendukung Palestina
Melalui pendekatan meta-analisis, para peneliti dapat mengidentifikasi pola umum dan tren yang berkaitan dengan golongan darah dan risiko stroke.
Temuan ini memberikan wawasan yang berharga bagi upaya pencegahan dan penanganan stroke di masa depan.
Menurut laman University of Maryland School of Medicine, risiko orang yang memiliki golongan darah A untuk mengalami stroke pada usia di bawah 60 tahun meningkat sebesar 16 persen.
Penemuan ini muncul setelah penyesuaian dilakukan terhadap berbagai faktor, termasuk jenis kelamin subjek penelitian dan variabel lain yang relevan.
BACA JUGA:Debu Vulkanik Gunung Ruang Menghampiri Gorontalo: Perlu Tindakan Cepat!
Hasil ini menyoroti pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang peran golongan darah dalam risiko stroke, khususnya pada kelompok usia yang relatif muda.
Informasi ini memberikan landasan yang kuat bagi praktisi medis dan peneliti untuk mengarahkan upaya-upaya pencegahan dan intervensi yang lebih tepat sasaran.
Selain itu, hasil penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa orang yang memiliki golongan darah B menghadapi peningkatan risiko stroke sebesar 11 persen.
Namun, temuan yang menarik muncul pada subjek penelitian dengan golongan darah O, dimana risiko mereka terkena stroke ternyata 12 persen lebih rendah daripada orang dengan golongan darah lain, tanpa mempertimbangkan faktor usia.
BACA JUGA:Ramalan Zodiak Terbaru Khusus Libra dan Scorpio Hari Ini: Ada Energi Positif dari Karier
Penemuan ini menyoroti kompleksitas interaksi antara golongan darah dan risiko stroke, menunjukkan bahwa tidak hanya golongan darah A yang memengaruhi probabilitas seseorang terkena stroke, tetapi juga golongan darah B dan O.
"Temuan penelitian yang penting dan mengejutkan ini menambah pengetahuan kita saat ini tentang risiko stroke yang tidak bisa dimodifikasi, termasuk golongan darah seseorang," jelas Mark T. Gladwin selaku Wakil Presiden Urusan Medis di Universitas Maryland, Baltimore.
Hal ini menambah pemahaman kita tentang faktor-faktor genetik yang terlibat dalam penyakit serius ini.