"Kebanyakan pria yang ditawari untuk kawin kontrak ini ialah wisatawan asing asal Timur Tengah. Biasanya pria tersebut wisatawan yang berkunjung ke kawasan Puncak. Ada juga yang dari Singapura dan India," terang AKP Tono.Namun, tidak hanya orang asing yang terlibat dalam transaksi pernikahan kontrak ini.
Orang Indonesia juga terlibat dalam praktik tersebut.
BACA JUGA:Mau Kuliah di UGM Lewat Jalur Mandiri? Calon Mahasiswa Kurang Mampu dan Berprestasi Merapat!
"Selain pria asing, ada juga pria lokal dari Jakarta hingga Makassar," lanjut AKP Tono.
Uang mahar yang telah disepakati kemudian diambil secara langsung setelah prosesi ijab kabul dan dibagi menjadi dua bagian antara kedua belah pihak, yaitu korban dan pelaku.
Namun untuk korban, uang tersebut seringkali dipotong untuk membayar penghulu palsu, saksi, dan juga wali yang terlibat dalam proses pernikahan tersebut.
Setelah prosesi ijab kabul dan pembagian uang mahar selesai, korban akan langsung dibawa oleh sang pria untuk tinggal bersamanya selama periode waktu yang telah disepakati sebelumnya.
BACA JUGA:Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Dibobol Maling, Dokumen Rahasia Ikut Dicuri, Ada Motif Politik?
Praktik ini merupakan bagian dari skema pernikahan kontrak yang merugikan korban dengan memanfaatkan kebutuhan ekonomi korban.