Selain faktor-faktor internasional, ada beberapa faktor domestik yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
BACA JUGA:Wow! Mulai Detik Ini Nilai Tukar Rupiah Terus Menguat
Salah satunya adalah neraca perdagangan Indonesia.
Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Agustus 2023, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$ 3,12 miliar.
Ini merupakan surplus yang telah berlangsung selama 40 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Meskipun demikian, total surplus neraca perdagangan hingga Agustus 2023 lebih rendah sekitar US$ 10,55 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pemantauan terus berlanjut terkait tren jangka panjang neraca perdagangan dan cadangan devisa negara, yang juga memiliki dampak pada nilai tukar rupiah.
BACA JUGA:Blak-Blakan di Forum G20, Jokowi Tagih Duit 100 Miliar US Dolar ke Amerika Cs
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran keluar modal asing dalam beberapa pekan terakhir.
Data BI mengungkapkan bahwa investor asing mencatat net sell sebesar Rp 4,45 triliun atau hampir Rp 5 triliun berdasarkan transaksi pada 11-14 September 2023.
Dari jumlah tersebut, net sell pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 3,98 triliun, sementara di pasar saham mencapai Rp 0,47 triliun.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun terjadi aliran modal keluar, jumlah net sell ini lebih rendah dibandingkan dengan awal September (4-7 September) yang mencapai Rp 7,57 triliun.
BACA JUGA:Sejumlah Bank Mulai Merambah ke Sektor Paylater, OJK: Bagus Untuk Bisnis
Dengan kata lain, sepanjang bulan September, aliran modal keluar telah mencapai lebih dari Rp 11 triliun.
Selain itu, data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa kepemilikan asing pada SBN per 13 September mencapai Rp 838,89 triliun atau sekitar 15,28% dari total kepemilikan.
Meskipun angkanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan Agustus 2023 yang mencapai Rp 846,3 triliun atau 15,37%, ini masih menjadi pertimbangan dalam pergerakan nilai tukar rupiah.