”Tinjauan kami menunjukkan bahwa ada bukti hubungan antara kualitas udara yang buruk dan kesehatan mental yang buruk, serta hubungan dengan gangguan mental tertentu,” ujarnya.
Kajian ini juga menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental serta untuk menyelidiki mekanisme bagaimana partikel udara dan bioaerosol dapat memicu dan memperburuk masalah kesehatan.
Saat ini, penelitian mengenai dampak kualitas udara dalam ruangan terhadap kesehatan jiwa masih minim, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami pengaruhnya terhadap perkembangan mental anak-anak dan remaja.
”Kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami jaring penyebab ini dan untuk menyelidiki sejumlah kesenjangan pengetahuan kritis lainnya, seperti mekanisme materi partikel dan bioaerosol dapat menyebabkan dan memperburuk kondisi kesehatan,” pungkasnya.
BACA JUGA:Jokowi Alami Batuk-Batuk Selama Empat Minggu Gara-gara Maraknya Polusi Udara!
Kualitas udara yang buruk memang telah dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik, termasuk beberapa jenis kanker.
Akan tetapi perhatian terhadap dampak polusi udara terhadap kesehatan mental masih sangat sedikit.
Profesor Bhui menegaskan bahwa mengurangi paparan polusi udara di dalam dan di luar ruangan dapat mengurangi risiko kesehatan yang buruk secara keseluruhan, sambil menyebut bahwa perlunya perlindungan kesehatan mental remaja mungkin memerlukan regulasi lingkungan yang lebih kuat terhadap udara, air, dan tanah.