JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Beberapa kementerian memberikan tanggapan terhadap kritik yang dilontarkan oleh Ekonom Senior Indef, Faisal Basri, terkait proses hilirisasi pertambangan, khususnya nikel.
Faisal Basri sebelumnya mengkritik pernyataan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengenai keuntungan ekspor nikel berhilirisasi senilai Rp510 triliun, yang menurutnya tidak benar dan menyesatkan. Dia juga menyatakan bahwa hilirisasi nikel hanya menguntungkan industri China, karena sebagian besar smelter yang dibangun di Indonesia dimiliki oleh perusahaan China dan hasil ekspornya banyak yang kembali ke China. BACA JUGA:3 Anggota Kepolisian Republik Indonesia Terlibat Teroris, Ada Dugaan Kepemilikan Senjata DE Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan memberikan tanggapan terhadap pernyataan Faisal Basri. Menurutnya, angka-angka terkait keuntungan dari hilirisasi nikel sudah ada dan bisa ditemukan dalam data yang telah disajikan. Luhut menegaskan bahwa ada orang yang mengomentari tanpa melihat data dengan cermat dan tidak mempertimbangkan produk hilirisasi nikel lainnya, seperti iron steel, matte, dan HPAL. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, juga memberikan data terkait penerimaan pajak dari hilirisasi nikel. BACA JUGA:Viral di Media Sosial, Aksi Iseng Menteri PUPR Pak Basuki di Acara Kemerdekaan RI Dia menyebut bahwa penerimaan pajak dari sektor hilirisasi nikel pada tahun 2022 mencapai Rp17,96 triliun, meningkat drastis dari tahun 2016 yang hanya sebesar Rp1,66 triliun. Selain itu, pendapatan negara melalui PPh Badan sektor hilirisasi nikel juga mengalami peningkatan signifikan. Kementerian Perindustrian juga memberikan informasi mengenai efek positif dari hilirisasi nikel. Mereka menjelaskan bahwa ada 34 smelter yang telah beroperasi dan 17 dalam proses konstruksi, dengan total investasi sekitar Rp165 triliun. BACA JUGA: Panas! Usai Manuver Dukung Prabowo, PDIP Sebut Budiman Layak Jadi Cawapres Prabowo Selain itu, kehadiran smelter ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tempat smelter berada. Kementerian Perindustrian juga menyoroti nilai tambah yang diperoleh dari proses hilirisasi nikel. Misalnya, nilai nikel ore mentah yang semula US$30 per ton dapat meningkat menjadi US$3628 per ton setelah diolah menjadi bahan baku baterai. Selain itu, ekspor produk hilir logam nikel, seperti stainless steel, juga mengalami peningkatan signifikan. BACA JUGA:Survei Indikator Politik Indonesia: Elektabilitas Pasangan Ganjar-Erick Thohir Ungguli Pasangan Prabowo-Gibran Pengaruh positif hilirisasi nikel juga terlihat pada performa ekonomi. PDB logam dasar tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan Indonesia semakin kuat sebagai eksportir utama produk hilir logam nikel. Secara keseluruhan, kementerian-kementerian tersebut menyampaikan bahwa hilirisasi nikel memiliki dampak positif terhadap penerimaan pajak, pertumbuhan ekonomi, dan nilai tambah dalam industri. Mereka juga menegaskan pentingnya melihat manfaat ekonomi dan nilai tambah dari hilirisasi nikel, bukan hanya dari segi kepemilikan perusahaan.
Kategori :