JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Belakangan ini, dunia maya tengah dihebohkan dengan pernyataan seorang presenter kondang Daniel Mananta saat melakukan podcast bersama Quraish Shihab.
Dalam video yang diunggahnya melalui Kanal Youtube Daniel Mananta Network, Ia mengaku menemukan salah satu sekolah bertaraf Internasional yang mendukung kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
Hal tersebut bermula ketika Daniel Mananta sedang mencari sekolah untuk anaknya yang berusia 10 tahun.
BACA JUGA:Indonesia Diisukan Jadi Tuan Rumah Pertemuan LGBT se-ASEAN, Polisi Gercep Selidiki Isu!
Daniel Mananta berniat untuk melakukan survey ke salah satu sekolah bertaraf internasional yang berada di kawasan Jabodetabek.
"Ini anak saya nih umur 10 tahun dia lagi mau masuk sekolah gitu. Nah, kemarin kita bawa ke sebuah sekolah di Indonesia, kawasan Jabodetabek. Mungkin karena ini sekolahnya sekolah yang sudah levelnya internasional, jadi mereka sangat terbuka sama yang namanya woke agenda," ucap Daniel Mananta, dikutip dari kanal YouTube Daniel Mananta Network pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Tak disangka, sekolah tersebut menerapkan woke agenda yang menormalisasikan apa yang kita rasakan.
"Identitas lo adalah adalah apa yang sedang lu rasakan, gitu. Kalau misalnya lu merasa sebagai seorang perempuan, ya berarti identitas lo adalah seorang perempuan. Explore your feeling, gitu," ungkap Daniel.
BACA JUGA:Calon Kuat Perdana Menteri Thailand Ikut Parade LGBTQ, Janji Bakal Legalkan Pernikahan Sesama Jenis
Pria berusia 41 tahun itu mengaku kaget saat mendatangi sekolah tersebut, pasalnya terdapat tiga jenis toilet yang diperuntukan untuk perempuan, laki-laki, dan juga netral.
"Saya datang ke resepsionisnya di situ udah ada WC untuk laki boys, perempuan girls, sama gender netral," ujar Daniel.
Daniel Mananta pun memastikan hal tersebut kepada sang guru, lebih mengagetkan lagi justru sang guru membenarkan bahwa pihak sekolah membebaskan muridnya untuk explore mengenai perasaannya.
"Saya tanya sama gurunya, kalian kok terbuka ya soal ini ya. Dan gurunya bilang, 'Oh iya karena kita sangat menghormati banget sama murid-murid kita. Justru kita seharusnya membebaskan mereka dengan pilihan mereka. Kita tidak pernah akan bilang apakah pilihan mereka itu benar atau salah, tapi kita akan selalu membebaskan supaya mereka bisa explore feeling mereka lebih jauh lagi. Apapun yang kita bicarakan dengan konselor, tidak akan pernah kita bicarakan dengan orang tua murid'," tutur Daniel.