Kapal Penyapu Ranjau Canggih Buatan Jerman yang Dipesan RI akan Segera Tiba

Senin 26-06-2023,17:38 WIB
Reporter : Maulana Ali Firdaus
Editor : Deden Rinaldi

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Dua kapal perang Republik Indonesia, yaitu KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732, yang dibangun di Galangan Kapal Jerman, sedang dalam perjalanan menuju Indonesia menggunakan transporter ship pada Jumat (23/6).
 
Kapal-kapal tersebut dibangun di Galangan Abeking & Resmussen, Lamwerder, Bremen, Jerman.
 
Kedua kapal ini merupakan jenis kapal buru ranjau yang dinamai berdasarkan pulau-pulau di Provinsi Papua dan memiliki kemampuan untuk beroperasi di laut dangkal maupun laut dalam.
 
KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732 memiliki dimensi panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter.
 
Kedua kapal ini dilengkapi dengan teknologi peperangan ranjau modern.
 
BACA JUGA: PKS dan Demokrat Tepis Isu Soal Keretakan Koalisi Perubahan, Bagaimana dengan NasDem?
 
Mereka menggunakan bahan baja non-magnetik dan memiliki sistem degaussing untuk mengurangi kemagnetan kapal.
 
Selain itu, kapal-kapal ini dilengkapi dengan penggerak motor elektrik guna mengurangi tingkat kebisingan.
 
Kapal-kapal perang ini juga dilengkapi dengan peralatan sonar terbaru yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasikan kontak di bawah air.
 
Mereka juga dilengkapi dengan perangkap ROV (Remotely Operated Vehicle) untuk mengidentifikasi dan menetralisir ranjau.
 
Selain itu, kapal ini juga dilengkapi dengan teknologi AUV (Autonomous Underwater Vehicle) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasikan kontak di bawah air.
 
BACA JUGA: MUI Memvonis Tanpa Tabayyun, Panji Gumilang Geram
 
Selain itu, kapal-kapal ini juga dilengkapi dengan USV (Unmanned Surface Vessel) yang merupakan kapal tanpa awak untuk keperluan pemburuan dan penyapuan ranjau.
 
Menurut Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Muhammad Ali, pengadaan kedua kapal ini bertujuan untuk menjaga keamanan perairan Indonesia dan mengatasi ancaman senjata bawah air, terutama ranjau.
 
Kapal-kapal ini juga akan digunakan untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih memiliki potensi bahaya ranjau, terutama yang berasal dari masa Perang Dunia II.
 
"Untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih memiliki potensi bahaya ranjau," kata Ali, Minggu (25/6).
Kategori :