Mengapa Kucing yang Dikebiri Cepat Gemuk? Ini Jawabannya

Mengapa Kucing yang Dikebiri Cepat Gemuk? Ini Jawabannya

Iustrasi: Kucing-Pixabay/@TeamK -


Iustrasi: Kucing|Pixabay/@TeamK |

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Para pemilik "anabul" alias anak bulu bisa melihat kucing peliharaan cenderung berubah lebih gemuk setelah menjalani proses kebiri alias sterilisasi di mana dokter hewan mengoperasi agar anabul tak bisa berkembang biak.

Dokter hewan Kurnia Suanda mengatakan, kucing menjadi lebih gemuk setelah steril karena faktor hormon. Setelah melewati proses sterilisasi, kucing tak lagi terdorong untuk berkembang biak.

"Hormon stres dan kawinnya stop, fokusnya hanya makan, tidur dan main saja, jadi semakin gemuk dan jadi makin lapar," kata Kurnia beberapa waktu lalu.

BACA JUGA:Giliran Emak-emak di Kuningan Minta Sandiaga Uno Maju Pilpres

Bila kucing terlalu gemuk, pemilik anabul bisa memilih makanan yang memang dibuat khusus untuk binatang yang sudah disteril. Sesuaikan porsinya dengan kebutuhan kucing, takar sesuai dengan berat badannya. Informasi tentang takaran yang tepat pada umumnya tertera di setiap kemasan makanan kucing.

Bagaimana bila kucing terlihat kelaparan meski takaran sudah sesuai dengan berat badannya? "Kalau terlihat tetap kelaparan, sebetulnya nutrisi sudah cukup. Berikan saja snack," saran dia.

Untuk pembagian porsi, ia menyerahkan semua kepada preferensi setiap orang. Bila terbiasa memberi makan dua kali sehari, takaran yang disarankan cukup dibagi dua.

Soal makanan, ia menyarankan untuk mencari makanan yang tak mengandung pewarna kimia dan penyedap rasa. Disarankan juga untuk mengganti sumber protein untuk kucing kesayangan setiap enam bulan sekali untuk menghindari risiko alergi. Produsen makanan kering untuk kucing pada umumnya memberikan keterangan pada kemasan mengenai sumber protein dari produknya.

BACA JUGA: Swafoto Puan-Anies di Samping Jokowi, Elite PDIP Bilang Begini

"Ketika memutuskan memberi protein dari beef, kalau tidak ada reaksi selama enam bulan, rotasi dulu ke protein yang lain, misalnya ikan," katanya.

Cara ini bisa membantu menekan risiko munculnya alergi pada kucing yang sensitif. Memberikan makanan yang sama dalam jangka panjang bisa membuat kucing yang sensitif menjadi alergi, oleh karena itu dia menyarankan untuk mencari sumber protein yang berbeda untuk anabul setiap enam bulan.

"Merek yang sama enggak masalah, yang penting proteinnya berbeda."

Kualitas makanan juga patut menjadi perhatian. Makanan dengan kualitas rendah tidak mengandung nutrisi sempurna bagi kucing, hanya mengenyangkan tetapi tidak menutrisi bulu dan kulit. Makanan yang tak berkualitas juga meningkatkan risiko sakit ketika diberikan dalam jangka panjang.

Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya