Animisme, Totem, hingga Tuhan, Sejarah Panjang Cara Manusia Memeluk Kepercayaan

Animisme, Totem, hingga Tuhan, Sejarah Panjang Cara Manusia Memeluk Kepercayaan

Perjalanan panjang kepercayaan manusia dari animisme, totemisme, pemujaan alam, hingga lahirnya konsep Tuhan dan agama modern.-Foto: Poojn-

BACA JUGA:Usai Banjir, Hutan Terbelah dan Risiko Baru Mengintai Batang Toru Tapsel

Tahap berikutnya membawa manusia pada pemujaan alam secara langsung, yang dikenal sebagai fisiolatri atau naturisme. Jika dalam animisme dan totemisme alam dipenuhi roh atau simbol, dalam fisiolatri alam itu sendiri dipuja sebagai ilahi. Matahari, bulan, sungai, gunung, dan bentang alam lain dipersonifikasikan sebagai dewa atau makhluk suci.

Dalam sistem ini, manusia melihat alam bukan hanya sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai kekuatan yang patut disembah. Upacara, persembahan, festival, dan doa ditujukan langsung kepada fenomena alam. Tujuannya satu, menjaga harmoni antara manusia dan lingkungannya. Alam diperlakukan sebagai sesuatu yang sakral dan menentukan kesejahteraan manusia.

Gagasan ini terasa kembali relevan di zaman modern. Seruan untuk menjaga lingkungan dan hidup berkelanjutan sering kali bergema dengan semangat yang serupa. Gerakan spiritual kontemporer dan aliran New Age banyak meminjam prinsip naturisme, menekankan hubungan personal dengan alam sebagai sumber makna dan kesehatan batin.

Dari animisme, totemisme, hingga fisiolatri, terlihat bahwa agama tidak tumbuh di ruang hampa. Ia adalah respons manusia atas ketidakpastian hidup, upaya memahami alam, dan cara membangun tatanan sosial. Setiap tahap bukan sekadar fase yang ditinggalkan, melainkan lapisan-lapisan pemaknaan yang terus memengaruhi cara manusia memandang dunia hingga hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share