Pagi Itu Sekolah Masih Ada, Malamnya MIN 05 Pidie Jaya Hilang Total Disapu Air Bah

Pagi Itu Sekolah Masih Ada, Malamnya MIN 05 Pidie Jaya Hilang Total Disapu Air Bah

Banjir bandang di Pidie Jaya menghapus MIN 05 dari peta. Sekolah masih berdiri pagi hari, malamnya lenyap terseret air bah.-Foto: Antara-

JAKARTA, PostingNews.id – Madrasah Ibtidaiyah Negeri 05 di Desa Seunong, Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya, Aceh, kini tinggal cerita. Sekolah dasar negeri itu lenyap dari peta setelah dihantam banjir bandang yang datang dini hari pada Rabu, 11 November 2025. Air bah tak memberi ruang kompromi. Dalam hitungan jam, seluruh bangunan sekolah terseret arus, menyisakan pagar depan sepanjang sekitar lima meter.

Bagi warga Seunong, peristiwa itu bukan sekadar banjir. Ia datang seperti tangan raksasa yang menyapu apa saja di jalurnya. Gedung sekolah, rumah warga, balai pengajian, hingga fasilitas kesehatan kecil ikut hanyut bersama arus sungai yang meluap tak terkendali.

Keuchik Gampong Seunong, Saiful, masih mengingat jelas pagi kelabu itu. Menurut dia, banjir bandang menyeret habis seluruh bangunan MIN 05 beserta belasan rumah warga dan bangunan lain di sekitarnya. "Satu sekolah hanyut total (MIN 05), selain itu yang hanyut total ada rumah 12 unit, dua balai pengajian, satu polindes," ujar dia sebagaimana dilansir Antara, Senin, 15 Desember 2025.

Sebelum hanyut, gedung madrasah itu berdiri tak jauh dari Daerah Aliran Sungai Meureudu. Lokasinya memang berdekatan dengan alur sungai, tapi tak pernah terbayang air akan mengambil alih seluruh kawasan itu. Kini, tempat berdirinya sekolah berubah total menjadi bagian dari aliran sungai. Tak ada lagi halaman upacara, ruang kelas, atau papan tulis. Semuanya hilang digulung air.

BACA JUGA:Survei Litbang Kompas Ungkap 31,2 Persen Publik Minta Infrastruktur Jadi Prioritas Pemulihan Sumatera

Sebagai penanda, warga hanya bisa memasang tulisan sederhana di sisa pagar yang masih berdiri. Di besi yang tertancap miring itu tertulis kalimat yang mengandung getir sekaligus peringatan bagi siapa pun yang melintas. Di sini titik lokasi MIN 05 Pidie Jaya yang amblas ke sungai.

Cerita kehancuran sekolah itu juga disampaikan Dahlan, warga Gampong Geunteng yang merupakan suami dari Kepala MIN 05 Pidie Jaya. Ia menuturkan bahwa sekolah tersebut tidak langsung hilang dalam satu kejadian, melainkan melalui proses yang bertahap dan menegangkan.

Pada banjir pertama yang datang Rabu dini hari, air baru menggerus bagian bawah beberapa ruang kelas. Bangunan masih berdiri, meski fondasinya mulai rapuh. Warga sempat berharap keadaan tak akan bertambah buruk. Namun harapan itu pupus ketika banjir kembali datang pada malam harinya dengan arus yang lebih ganas.

"Waktu banjir malam Kamis air membawa semua ruang kelas dan bangunan di sana. Dan hari ini hanya tersisa fondasi pagar depan itu," tutur Dahlan.

BACA JUGA:Puluhan Tahun Berlalu, Kasus HAM Berat Masih Gelap, KemenHAM Akui Belum Mampu Menutup Luka Sejarah

Kisah MIN 05 Pidie Jaya hanyalah satu potongan kecil dari dampak besar banjir Sumatera pada November lalu. Bencana yang melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat itu tidak hanya merusak rumah dan infrastruktur umum, tetapi juga melumpuhkan dunia pendidikan di banyak daerah.

Data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mencatat ribuan satuan pendidikan terdampak. Hingga 8 Desember 2025, setidaknya 2.900 sekolah dan fasilitas pendidikan dilaporkan mengalami kerusakan akibat banjir. Jumlah itu belum sepenuhnya final.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengatakan angka tersebut masih berpotensi bertambah karena proses pendataan belum sepenuhnya rampung. Banyak daerah terdampak yang masih sulit dijangkau akibat akses terputus dan kerusakan infrastruktur.

“Kami masih terus update data karena memang belum semua daerah bisa dijangkau,” ucap Mu’ti di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada Senin, 8 Desember 2025.

BACA JUGA:Perubahan Iklim Bikin Karang Angkat Bendera Putih, Dampaknya Menghantam Laut dan Manusia

Bagi warga Seunong, angka dan laporan hanyalah bagian dari catatan negara. Yang mereka hadapi setiap hari adalah kenyataan pahit bahwa sebuah sekolah dasar telah benar-benar hilang. Bukan rusak, bukan retak, melainkan lenyap dan berubah menjadi sungai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share