Luhut Tegur UGM, Soal Ijazah Jokowi Jangan Melulu Diributkan

Luhut Tegur UGM, Soal Ijazah Jokowi Jangan Melulu Diributkan

Luhut Binsar Pandjaitan kesal dengan isu ijazah palsu Jokowi -Foto: Tangkapan Layar YouTube Kompas TV-

JAKARTA, PostingNews.id — Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyinggung satu persoalan lama yang tak kunjung selesai. Kali ini soal bawang putih. Di hadapan pelaku usaha dan pemangku kepentingan daerah, Luhut menilai rendahnya produktivitas bawang putih nasional bukan sekadar soal luas tanam, melainkan soal kualitas riset yang tertinggal jauh.

Indonesia, kata Luhut, masih terlalu bergantung pada impor bawang putih yang nilainya menembus triliunan rupiah setiap tahun. Ketergantungan ini tidak akan putus jika pendekatan yang dipakai hanya menambah areal tanam tanpa membenahi mutu benih dan kemampuan adaptasinya terhadap perubahan iklim.

“Bicara bawang putih, kita harus berbicara kualitas dari bibit-bibit yang kita punya. Tidak hanya jumlah, tapi kualitas dan adaptable terhadap perubahan iklim,” ujar Luhut saat berbicara di Solo Investment Festival di Solo, Jumat 12 Desember.

Menurut dia, perubahan iklim membuat pola tanam lama tak lagi bisa diandalkan. Bibit yang tidak kuat beradaptasi akan menghasilkan panen yang tidak stabil, bahkan gagal. Karena itu, riset benih menjadi fondasi yang tidak bisa ditawar jika Indonesia ingin mandiri bawang putih.

BACA JUGA:Satpam Curi Besi Radioaktif di Cikande Tangerang, Tapi Malah Lapor Polisi Demi Kibuli Penyidik

Dalam pandangannya, perguruan tinggi memiliki peran krusial untuk mengisi kekosongan riset tersebut. Luhut secara khusus mendorong kampus-kampus di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta agar lebih serius terjun dalam riset pertanian strategis, termasuk menguji kesesuaian lahan dan karakter bibit bawang putih.

Ia menyebut Universitas Sebelas Maret, Universitas Diponegoro, dan Universitas Gadjah Mada sebagai kampus yang seharusnya berada di barisan depan. Menurut Luhut, wilayah dengan ketinggian tertentu perlu dipetakan secara ilmiah agar pengembangan bawang putih tidak lagi berbasis coba-coba.

“Universitas Sebelas Maret, Universitas Diponegoro, misalnya, studi tanah-tanah ketinggian seribu meter yang cocok untuk bibit bawang putih,” kata dia.

Kepada UGM, Luhut menyampaikan kritik yang cukup lugas. Ia menilai kampus tidak cukup hanya sibuk dengan urusan administratif, sementara riset terapan untuk kepentingan nasional justru kurang mendapat perhatian.

BACA JUGA:Satpam Curi Besi Radioaktif di Cikande Tangerang, Tapi Malah Lapor Polisi Demi Kibuli Penyidik

“UGM, jangan soal ijazah melulu aja yang diributin. Kalian bikin studi dong, di mana nih di Jawa Tengah ini tempat kita bisa menanam bawang putih,” ucapnya.

Tak berhenti pada dorongan ke kampus, Luhut mengungkapkan bahwa dirinya juga terlibat langsung dalam riset bawang putih. Ia mengaku memfasilitasi penelitian berbasis genome sequencing yang dilakukan di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, pada ketinggian sekitar 1.400 meter.

“Nggak mahal-mahal. Uang kantong saya sendiri kok, paling kuat berapa. Ada profesor-profesor muda kita yang bisa,” ujarnya.

Riset tersebut, menurut Luhut, kini mulai menunjukkan hasil. Varietas bawang putih yang dikembangkan melalui pendekatan genome sequencing disebut memiliki potensi panen yang lebih tinggi dibandingkan bibit konvensional yang selama ini digunakan petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share