Cloudflare Catat Indonesia Puncaki Daftar Sumber Serangan Siber Global

Cloudflare Catat Indonesia Puncaki Daftar Sumber Serangan Siber Global

kemanan siber hacker 1280-freepik-Freepik

JAKARTA, PostingNews.id — Indonesia kembali terseret ke panggung sorotan global, kali ini bukan karena prestasi olahraga atau diplomasi, melainkan karena catatan kelam di dunia maya. Laporan terbaru Cloudflare menunjukkan Indonesia menempati posisi teratas sebagai sumber serangan siber terbesar di dunia selama empat kuartal berturut-turut, mengungguli negara-negara yang kerap diasosiasikan dengan konflik digital seperti Rusia dan Ukraina.

Temuan ini tercantum dalam Laporan Q3 DDoS Threat Cloudflare yang dirilis pada 3 Desember 2025. Laporan tersebut memetakan asal serangan Distributed Denial of Service berdasarkan lokasi geografis lalu lintas berbahaya yang terdeteksi sepanjang kuartal ketiga tahun ini.

Gambaran globalnya cukup mencolok. Tujuh dari sepuluh sumber utama serangan DDoS tercatat berasal dari kawasan Asia. Di antara deretan negara itu, Indonesia berada di posisi paling atas. Volume dan intensitas serangannya dinilai jauh melampaui negara lain, menjadikannya perhatian utama dalam peta ancaman siber global.

Dominasi Asia dalam lanskap serangan ini dinilai mencerminkan tantangan serius dalam pengamanan infrastruktur digital di kawasan. Indonesia menjadi sorotan bukan hanya karena berada di puncak, tetapi karena konsistensi posisinya selama empat kuartal berturut-turut. Situasi ini memberi sinyal bahwa persoalan keamanan siber bukan masalah sesaat.

BACA JUGA:Saat Pengungsi Banjir Mulai Putus Asa, Prabowo: Sabar, Kami tak Punya Tongkat Nabi Musa

Meski demikian, Cloudflare mengingatkan bahwa label sebagai sumber serangan tidak serta-merta berarti pelaku berada secara fisik di Indonesia. Banyak serangan berasal dari perangkat yang telah terinfeksi malware dan kemudian dikendalikan dari jarak jauh. Komputer pribadi, server kecil, hingga perangkat Internet of Things bisa berubah menjadi bagian dari jaringan botnet tanpa disadari pemiliknya.

Namun angka yang tinggi tetap mencerminkan persoalan mendasar. Keamanan siber pada sejumlah sistem dan perangkat di dalam negeri masih rapuh. Pertumbuhan infrastruktur digital yang pesat tidak selalu dibarengi peningkatan proteksi yang memadai. Celah inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk menjadikan perangkat di Indonesia sebagai kendaraan serangan.

Serangan DDoS sendiri dirancang untuk melumpuhkan sistem dengan cara membanjiri server target menggunakan lalu lintas palsu. Akibatnya, layanan menjadi lambat bahkan tidak bisa diakses sama sekali. Targetnya beragam, mulai dari layanan publik, perbankan, platform e-commerce, hingga institusi pemerintahan.

Sepanjang 2025, Cloudflare mencatat eskalasi skala dan kompleksitas serangan. Pelaku kian lihai memanfaatkan jaringan botnet berskala besar yang tersebar lintas negara. Negara dengan tingkat adopsi internet tinggi, termasuk Indonesia, menjadi ladang empuk karena banyaknya perangkat yang terhubung namun kurang terlindungi.

BACA JUGA:Saat Pengungsi Banjir Mulai Putus Asa, Prabowo: Sabar, Kami tak Punya Tongkat Nabi Musa

Laporan ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan sektor swasta. Tanpa langkah serius memperkuat pertahanan siber nasional, risiko gangguan terhadap layanan digital diperkirakan akan terus membesar. Ketergantungan masyarakat pada layanan daring justru bisa berubah menjadi titik rawan baru.

Cloudflare menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara serta peningkatan kesadaran keamanan siber di tingkat pengguna dan institusi. Indonesia dinilai perlu bergerak lebih cepat menyusun dan mengeksekusi strategi keamanan digital nasional agar tidak terus tercatat sebagai sumber utama serangan siber global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share