Bahlil Jawab Ajakan Tobat Cak Imin di Tengah Banjir Sumatera: Hanya Presiden yang Bisa Perintah Saya!

Bahlil Jawab Ajakan Tobat Cak Imin di Tengah Banjir Sumatera: Hanya Presiden yang Bisa Perintah Saya!

Bahlil merespons ajakan tobat nasuha dari Cak Imin dan menegaskan hanya Presiden Prabowo yang bisa memerintahnya di tengah penanganan banjir Sumatera.-Foto: Antara-

JAKARTA, PostingNews.id – Di tengah banjir bandang dan longsor yang meluluhlantakkan tiga provinsi di Sumatera, pernyataan soal siapa yang harus introspeksi justru ikut mengalir deras. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menilai semua menteri, termasuk dirinya dan Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, memang perlu mengevaluasi diri. Dalam bahasa yang lebih akrab di telinga warga NU, ajakan itu disebut sebagai tobat nasuha.

Pernyataan Bahlil ini merespons seruan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang lebih dulu mengirim surat ke tiga menteri Kabinet Merah Putih termasuk Menteri ESDM agar melakukan evaluasi total. Istilah yang dipakai adalah tobat nasuha, sebuah ungkapan yang biasanya dipakai untuk urusan spiritual tetapi kini dibajak untuk membahas kebijakan bencana.

"Kalau pertobatan nasuha, Cak Imin juga pertobatan nasuha-lah, semuanya ya. Semua kita, semua harus apa ya...ya evaluasi diri, ya" kata Bahlil ketika ditanya wartawan di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis hari ini.

Bahlil kemudian menegaskan bahwa yang berhak memberi perintah kepadanya hanya Presiden Prabowo Subianto. Sinyal ini terdengar halus tetapi jelas bahwa ia bukan ingin menolak ajakan Cak Imin, melainkan menempatkan garis komando tetap pada satu titik.

BACA JUGA:Raja Juli Antoni Janji Usut Tuntas Kayu Gelondongan Misterius di Tengah Banjir Sumatera

"Yang bisa di kabinet, yang bisa perintah saya, Pak Presiden Prabowo. Dan saya fokus untuk menjalankan urusan rakyat dan apa yang diperintahkan oleh Bapak Presiden. Saya lagi urus urusan di lokasi bencana" ujarnya.

Sementara itu, Cak Imin pada kesempatan yang berbeda mengakui telah mengirim surat kepada tiga pejabat sekaligus, yakni Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq. Surat itu memuat ajakan untuk melakukan evaluasi total atas kebijakan pemerintah yang dianggap berkaitan dengan banjir besar di Sumatera.

Ajakan evaluasi itu tak datang dari ruang hampa. Banjir bandang dan longsor menerjang Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh dalam waktu hampir bersamaan, menelan korban dan merusak berbagai wilayah. Dalam konteks itu, seruan untuk menengok ulang kebijakan lingkungan bukan sekadar retorika, melainkan permintaan pertanggungjawaban.

"Sebagai wujud komitmen dan kesungguhan kita sebagai pemerintah. Bahasa NU-nya, Tobat Nasuha. Itu kuncinya" kata Cak Imin saat memberikan sambutan di Bandung pada 1 Desember.

BACA JUGA:Luhut Tak Terima Namanya Dikaitkan dengan PT Toba Pulp Lestari Penyebab Bencana Ekologi di Sumatera

Sebagai nahdliyin, ia menilai pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terutama terhadap kebijakan yang berhubungan dengan alam. Cak Imin menyebutnya sebagai tobat nasuha, sebuah frasa yang kini bergeser dari ranah spiritual menjadi jargon evaluasi kebijakan, setidaknya sampai banjir di Sumatera surut dan perdebatan politik kembali tenang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share