Pengamat: Pernyataan Sultan Tegas Menyiratkan Anak Perempuannya Sebagai Pewaris Tahta

POSTINGNEWS.ID – Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dardias, menilai pernyataan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X soal partisipasi perempuan dalam regenerasi Keraton Yogyakarta erat kaitannya dengan isu suksesi.

“Menurut saya regenerasi maksudnya spesifik suksesi,” ujar Bayu saat dihubungi, Senin (27/10).

Menurutnya, sejak Sabda Raja 2015, Sultan konsisten mendorong putri sulungnya, GKR Mangkubumi, sebagai penerus takhta.

BACA JUGA:Netanyahu Nyaris Pingsan Setelah Menterinya Caci maki Arab Saudi

“Beliau cukup konsisten... Kalau menurut beliau sih intinya ya, laku lakon,” kata Dardias.

Sultan HB X naik takhta pada 7 Maret 1989, menggantikan ayahandanya Sultan HB IX yang wafat pada 1988. Kini, isu penerus menjadi sensitif karena Sultan tak memiliki anak laki-laki.

Sabda Raja dianggap membuka peluang bagi putri Sultan untuk menjadi pewaris takhta.

BACA JUGA:Projo Menanti Kedatangan Prabowo-Gibran di Kongres Besok, Jokowi Janji Buka Acara dengan Pesan Kunci

Terlebih, Mahkamah Konstitusi baru-baru ini menghapus kata “istri” dalam UU Keistimewaan DIY yang sebelumnya dianggap diskriminatif.

“(Pernyataan Sultan) sebenarnya tidak ada yang baru, hanya mempertegas niatan beliau sejak lama,” lanjut Dardias.

Menurutnya, GKR Mangkubumi secara de facto telah menjalankan banyak fungsi di keraton, termasuk renovasi museum, tata naskah birokrasi, hingga pembentukan Yogyakarta Royal Orchestra.

BACA JUGA:Prabowo Pimpin Rapat Ekonomi, Airlangga Lapor Kondisi Nasional Tetap Solid

“Dalam beberapa tahun terakhir, Keraton memang banyak berubah secara signifikan,” pungkasnya.*