Andi Widjajanto Bandingkan Cara Istana Jokowi dan Prabowo Hadapi Demonstrasi

Andi Widjajanto ungkap perbedaan respons Istana Jokowi dan Prabowo hadapi demo. Era Jokowi sigap, era Prabowo dinilai baru bereaksi saat ricuh.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Perbedaan sikap Istana dalam menghadapi demonstrasi kembali jadi sorotan. Andi Widjajanto, Penasihat Senior LAB 45 yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara di era Presiden ke-7 RI Joko Widodo, menceritakan pengalamannya saat membandingkan respons Istana Jokowi dengan Istana di era Presiden Prabowo Subianto.
Hal itu ia sampaikan dalam program Dua Arah Kompas TV, Jumat, 5 September 2025. Andi menjelaskan di era Jokowi, begitu demonstrasi bergerak dari Patung Kuda ke Jalan Medan Merdeka Barat menuju Istana, protokol langsung berjalan.
Setneg, Setkab, Setpres, hingga KSP bersiap siaga, mulai dari level eselon 2 sampai ke tingkat menteri.
“Ketika saya menjabat Seskab, kami, saya dengan Pak Luhut, pernah langsung bertemu dengan mahasiswa berdiri di atas kap mobil untuk berbicara dengan mereka ketika di level eselon 2 sudah tidak bisa lagi.”
BACA JUGA:Publik Buka Pendapatan DPR, Ternyata Tunjangannya Beranak-pinak
Era Prabowo: Menunggu Ban Terbakar
Menurut Andi, pola di era Prabowo berbeda jauh karena Istana baru merespons setelah ada aksi keras di lapangan. Ia menilai akhir-akhir ini tidak terlihat komunikasi langsung antara pendemo dan pemerintah. Seolah-olah, kata Andi, baru setelah pagar DPR digoyang atau ban terbakar, perhatian dari dalam Istana bisa tercuri.
Ia menambahkan, seharusnya pemerintah mau mendengar sejak dini, bahkan ketika jumlah massa masih puluhan.
“Harusnya yang paling gampang adalah ketika massanya masih 50, yang massanya ini yang ditemui, daripada menemui masa yang sudah 1000,” katanya.
Konteks perbandingan itu muncul di tengah gelombang demonstrasi akhir Agustus hingga awal September 2025. Berbagai tuntutan mewarnai aksi di sejumlah daerah, yang berujung pada korban jiwa.
BACA JUGA:Bahlil Pastikan Saldo DPR Adies Kadir Sudah Kosong Usai Dicopot
Data YLBHI mencatat sedikitnya 10 orang meninggal dunia dalam rentetan aksi tersebut. Selain itu, sebanyak 3.337 demonstran ditangkap oleh kepolisian, dan 1.042 orang mengalami luka hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Gelombang tuntutan publik yang terangkum dalam Gerakan 17+8 mulai sampai ke telinga Istana. Namun, respons pemerintah terkesan irit bicara dan belum menyentuh kepastian waktu.
Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro memilih bicara sehemat mungkin saat ditanya soal tuntutan tersebut. Ia hanya menegaskan pemerintah telah menerima aspirasi yang berisi 17 tuntutan jangka pendek dan 8 tuntutan jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News