Kang Dedi Effect, Saat Jawa Barat Menyembah Sang Gubernur Konten

Fenomena politik Dedi Mulyadi mengguncang Jawa Barat! Elektabilitas KDM tembus 74 persen, menjadikannya “Gubernur Konten” yang mendominasi panggung politik.-Foto: IG @alleechulo-
JAKARTA, PostingNews.id – Kang Dedi Mulyadi (KDM) kini bukan sekadar Gubernur Jawa Barat, dia menjelma jadi fenomena politik dan budaya yang memporak-porandakan peta kekuasaan Tanah Pasundan. Survei Litbang Kompas terbaru (1–5 Juli 2025) mencatat popularitasnya tembus 98,6 persen dan citra positifnya nyaris sempurna di 98,9 persen. Dengan angka segila ini, Jawa Barat seolah sudah diambil alih KDM. Publik spontan menyamakan “Jabar sama dengan Kang Dedi Mulyadi.”
Media sosial adalah senjata pamungkasnya. Dari konten nyeleneh hingga kebijakan kontroversial, KDM berhasil menancapkan diri sebagai “gubernur konten” paling efektif di Indonesia.
Tak cuma sekadar viral, tapi juga menyalakan mesin elektabilitas yang melesat brutal, dari belasan persen saat Ridwan Kamil masih “raja elektabilitas” di 2023, ke 62,2 persen kemenangan Pilkada 2024. Semua terjadi berkat orkestrasi konten yang terukur, orisinal, dan tak jarang ekstrem.
Dalam survei Litbang Kompas, 40 persen warga Jabar sudah jadi follower KDM sebelum ia jadi gubernur dan 60 persen sisanya masuk barisan setelah KDM naik panggung Pilkada. Kini, 93,1 persen publik percaya kontennya asli, bukan gimmick.
Dari ikut terinjak-injak saat panjat pinang, nyebur di kubangan lumpur, berendam di saluran air, hingga ritual adat Sunda yang “melawan arus”, KDM menjual keotentikan, bukan sekadar pencitraan. Di era politik visual, keaslian konten adalah kekuasaan dan KDM menguasainya.
Namun, Dedi Mulyadi bukan cuma jago bikin konten, ia berani mengguncang status quo kebijakan. Mulai dari melarang study tour anak sekolah, memaksa anak bermasalah digembleng di barak militer, mencoret anggaran hibah pesantren, mengatur jam masuk sekolah lebih pagi, hingga menggabungkan murid lintas kelas.
Separuh warga mungkin mencibir kebijakan ini “tidak penting,” tetapi 80 persen publik Jabar justru puas. Sebab bagi mereka, KDM lebih dari sekadar gubernur, ia simbol figur yang hadir, dekat, dan mau “nyemplung” bareng rakyatnya.
Dengan penetrasi internet Jabar mencapai 82,73 persen (APJII 2024), konten KDM jadi senjata paling mematikan. Karakter publik Sunda yang cair, figur-sentris, dan akomodatif membuat pesan KDM masuk tanpa hambatan. Struktur budaya politik Jabar yang menunggu “petunjuk elite” mempermudah personalisasi politik KDM. Hasilnya? Jabar kini tak lagi sekadar provinsi, tapi menjelma panggung raksasa KDM.
Kalau tren ini berlanjut, satu hal yang jelas adalah peta politik nasional bisa terguncang. Dari “Gubernur Konten” ke “Kandidat Kingmaker,” Kang Dedi Mulyadi sedang memainkan game panjangnya.
KDM Saingi Prabowo, Anies Terperosok!
Peta politik Jawa Barat sedang berguncang. Dalam tempo kurang dari setahun, Dedi Mulyadi (KDM) menjelma jadi magnet kekuasaan, menggeser poros, menghancurkan kalkulasi lama, dan memaksa partai-partai besar untuk menata ulang langkah mereka.
Dari “bupati nyentrik” jadi fenomena politik Tanah Pasundan, kapital sosial dan elektoral KDM melesat brutal dan menjadikannya “primadona” yang dilirik semua kekuatan politik untuk agenda masa depan.
Hasil survei Litbang Kompas terbaru mencatat data yang mencengangkan sekaligus mengancam status quo: 74 persen warga Jawa Barat siap mencoblos KDM bila Pilpres digelar hari ini. Bahkan, elektabilitasnya sebagai calon presiden sudah menembus 30,3 persen, hanya terpaut tipis dari Prabowo Subianto (36,9 persen), sementara Anies Baswedan tertinggal jauh di 10,1 persen.
Jika KDM memutuskan maju lagi di Pilgub Jabar, angka dukungannya hampir identik: 74 persen. Ini bukan sekadar tren sesaat, tapi gejala pergeseran dominasi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jawa Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News