Jangan Coba-Coba Curang! Seleksi Mandiri Masuk IPB Diawasi Ketat Berbasis AI

Seleksi Mandiri (SM) Program Sarjana (S1) IPB University menggunakan sistem pengawasan berbasis proctoring dengan bantuan Artificial Intelligence (AI).--IPB University
JAKARTA, PostingNews.id - Kamu yang merupakan salah satu peserta Seleksi Mandiri (SM) IPB University jangan pernah coba-coba melakukan kecurangan.
Tahun ini, Seleksi Mandiri (SM) Program Sarjana (S1) IPB University menggunakan sistem pengawasan berbasis proctoring dengan bantuan Artificial Intelligence (AI).
Terdapat kurang lebih 3.600 peserta mengikuti ujian untuk mendapatkan kursi di berbagai program studi.
Menurut Direktur Administrasi Pendidikan dan Penerimaan Mahasiswa Baru IPB University, Utami Dyah Syafitri, IPB mengembangkan sistem pengawasan ujian berbasis proctoring AI karena beberapa alasan dalam keterangan resmi kepada media.
Pertama, sebagai langkah mitigasi terhadap kecurangan.
Kedua, IPB University mencoba leading dalam hal teknologi pembelajaran, terutama dalam hal pengawasan berbasis AI.
BACA JUGA:Berdoa Dulu, Baru Bertarung! 18 Ribu Peserta Serbu UTBK-SNBT 2025 IPB Demi Kursi Kampus Negeri
Di jalur SM tahun ini, IPB University juga mengembangkan dua sistem pendaftaran. Pertama, siswa yang eligible Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang belum diterima di perguruan tinggi negeri (PTN).
Kedua, siswa yang eligible Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dengan penerapan minimal skor Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk mengikuti ujian online SM IPB.
Dalam sistem ujian berbasis proctoring ini, satu pengawas bertugas mengawasi 75 peserta dalam satu kelompok. Total ada 57 pengawas yang bertugas dengan bantuan 27 teknisi.
BACA JUGA:Pengumuman UTBK SNBT 2025 Bikin Kaget! Hanya 1 dari 3 Peserta yang Tembus PTN
Sementara, Dean Apriana Ramadhan, SKom, MKom selaku Asisten Bidang Transformasi Digital, Lembaga Manajemen Informasi dan Transformasi Digital (LMITD) IPB University mengatakan, sistem proctoring AI ini digunakan untuk mengawasi seluruh aktivitas peserta.
“Ada dua kamera yang digunakan. Pertama kamera depan untuk menangkap rekaman wajah peserta dan kedua kamera dari belakang untuk merekam lingkungan di sekitar peserta,” ungkapnya.
Dengan sistem ini, lanjutnya, pengawas bisa berkomunikasi secara online dengan para peserta. Jadi, jika peserta mengalami kesulitan atau masalah bisa langsung terdeteksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News