NGERI! Anak Sering Main Gadget Bisa Kena Brain Rot, Apa itu?

NGERI! Anak Sering Main Gadget Bisa Kena Brain Rot, Apa itu?

Anak kecanduan gadget-freepik-Freepik

POSTINGNEWS.ID – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, memberikan peringatan serius terkait dampak buruk penggunaan gadget atau gawai yang berlebihan pada anak usia dini.

Dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) Tahap 2, Wamendikdasmen menegaskan pentingnya pembatasan waktu dan pengawasan ketat dalam penggunaan gawai bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Data terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 33,4% anak usia 0–6 tahun sudah terbiasa menggunakan gadget.

Dari jumlah tersebut, 25% berada di usia sangat dini, yaitu 0–4 tahun.

Angka ini semakin meningkat pada kelompok usia 5–6 tahun yang mencapai 52%.

Fenomena ini menjadi tantangan besar bagi orang tua, pendidik, dan fasilitator PAUD dalam mendampingi tumbuh kembang anak secara optimal.

BACA JUGA:Cara Mencairkan Daging Beku yang Baik dan Benar

Menurut Wamen Fajar, paparan gadget yang berlebihan bisa menimbulkan apa yang disebut dengan “brain rot” — kondisi di mana stimulasi intelektual, emosional, dan sosial anak menjadi menurun karena terlalu sering terpapar media digital.

Dampaknya, anak bisa mengalami gangguan perkembangan kemampuan berkomunikasi, berinteraksi sosial, serta penurunan minat belajar secara aktif.

“Anak-anak kita sedang menghadapi tsunami digital yang menyerang mereka sejak usia dini. Pola asuh dan interaksi anak dengan orang tua maupun guru sudah banyak dipengaruhi media sosial dan penggunaan gawai. Ini sangat berisiko untuk perkembangan otak dan karakter mereka,” jelas Fajar saat menutup kegiatan pelatihan fasilitator PAUD HI dalam keterangan kepada media. 

BACA JUGA:Timnas Indonesia Dipastikan Lolos ke Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Ini Rencana Erick Thohir

Wamen Fajar menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini seharusnya lebih menitikberatkan pada metode belajar konvensional yang menstimulasi secara langsung melalui interaksi fisik, seperti membaca buku cetak, bermain di luar ruangan, serta beraktivitas bersama keluarga dan teman sebaya.

Cara-cara tersebut dinilai jauh lebih efektif untuk merangsang kecerdasan kognitif dan perkembangan emosional anak.

Selain itu, Wamen Fajar mengajak para fasilitator PAUD HI untuk menjadi agen perubahan di komunitasnya.

Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya