Konklaf Paus Baru Resmi Dimulai, Seberapa Penting Tradisi Katolik Ini?

Ketua Umum GP Ansor: Paus Fransiskus Jadi Simbol Keteladanan Moral Dunia!---Dok. Istimewa
POSTINGNEWS.ID - Sepeninggalan Paus Fransiskus pada 21 April 2025, umat Katolik berada dalam kesedihan mendalam. Meski demikian, Vatikan membutuhkan pemimpin. Maka, upacara Konflaf diselenggarakan untuk memilih Paus baru. Lantas, seberapa penting acara ini bagi umat Katolik?
Gereja Katolik memasuki masa sede vacante atau periode kosongnya Tahta Suci setelah wafatnya Paus Fransiskus. Pada masa ini, gereja mengalami masa transisi ketika kepemimpinan spiritual tertinggi ditangguhkan sambil menunggu terpilihnya paus baru dalam konklaf.
Melansir laman Vatican News, Vatikan menetapkan 7 Mei 2025 sebagai dimulainya konklaf Paus baru, setelah para kardinal yang hadir dalam Kongregasi Umum kelima sepakat dalam pertemuan sebelumnya.
Upacara konklaf dihadiri sekitar 180 kardinal terpilih yang berusia di bawah 80 tahun. Selain itu, lebih dari seratus kardinal elektor juga turut menjalani proses tertutup di Kapel Sistina. konklaf dimulai dengan misa khusus Pro Eligendo Romano Pontifice, lalu dilanjutkan dengan prosesi ke Kapel Sistina.
Di sana, para kardinal elektor bersumpah menjaga kerahasiaan dan integritas pemilihan, lalu mengikuti meditasi rohani sebelum pemungutan suara dimulai.
konklaf sangat penting bagi Vatikan, karena tradisi ini akan menghasilkan paus baru bagi pemerintahan Vatikan dan pemimpin Umat Katolik di seluruh dunia.
Apa Itu konklaf?
konklaf berasal dari bahasa Latin, cum clave, yang berarti "dengan kunci". Istilah ini menggambarkan proses penguncian para kardinal dalam ruang tertutup selama proses pemilihan Paus berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menjamin kerahasiaan, independensi dan kebebasan penuh pemilihan Paus dari tekanan eksternal.
Dalam konklaf di Kapel Sistina, para kardinal elektor bersumpah menjaga kerahasiaan dan integritas pemilihan, lalu mengikuti meditasi rohani.
Tradisi konklaf dimulai sejak abad ke-13, setelah proses pemilihan paus kerap dipengaruhi kekuatan politik. Paus Gregorius X kemudian menetapkan aturan konklaf untuk menghindari intervensi luar. Sejak itu, konklaf menjadi prosedur tetap dalam setiap pemilihan paus baru.
konklaf diatur oleh dua dokumen utama, yaitu konstitusi apostolik Universi Dominici Gregis, yang pertama kali diterbitkan Paus Yohanes Paulus II pada 1996 dan diperbarui terakhir pada 2013, serta buku doa liturgi Ordo Rituum Conclavis. Kedua dokumen ini menetapkan tata cara, doa dan mekanisme hukum dalam pemilihan Paus, sekaligus memastikan bahwa proses berlangsung sakral dan teratur.
Prosedur konklaf Paus Baru
Menurut laman United States Conference of Catholic Bishops, prosedur konklaf Paus baru meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan Awal: Misa dan Penguncian
konklaf diawali dengan Misa khusus bertajuk Missa pro Eligendo Pontifice di Basilika Santo Petrus pada pukul 10 pagi waktu Vatikan. Misa ini bersifat terbuka untuk umum dan tahun ini misa dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal.
Setelah menjalani misa, pada sore harinya para kardinal elektor (yang berusia di bawah 80 tahun) sebanyak 133 orang akan berkumpul di Kapel Paulus dan berjalan dalam prosesi menuju Kapel Sistina, tempat konklaf berlangsung. Prosesi dilakukan dalam keheningan litani para santo dengan para kardinal menyanyikan "Veni, Creator Spiritus" sebagai seruan kepada Roh Kudus.
Setibanya di Kapel Sistina, satu per satu para kardinal mengucap sumpah untuk mematuhi aturan pemilihan serta menjaga kerahasiaan proses. Begitu semua sumpah selesai, Master Upacara Liturgi Kepausan akan mengucap “Extra omnes” yang menjadi tanda bahwa semua pihak yang tidak berkepentingan harus keluar dari ruangan. Kapel Sistina kemudian dikunci dari dunia luar. konklaf pun secara resmi dimulai.
2. Proses Pemungutan Suara
Seperti definisinya, konklaf digelar dalam kondisi tertutup sepenuhnya. Para kardinal dilarang menggunakan telepon, internet, membaca koran atau menonton televisi. Seluruh area konklaf disegel dan semua bentuk komunikasi eksternal dibatasi secara ketat untuk menjaga integritas dan kekhusyukan proses ini.
Setiap kardinal meletakkan suaranya dalam sebuah wadah di hadapan lukisan Penghakiman Terakhir karya Michelangelo, dengan sumpah bahwa pilihannya didasarkan pada keyakinan spiritual, bukan kepentingan duniawi.
Pada hari pertama, biasanya hanya satu kali pemungutan suara dilakukan. Hari-hari berikutnya, suara dapat diberikan dua kali pada pagi hari dan dua kali di sore hari. Dalam tradisi konklaf, seorang kandidat Paus harus meraih dukungan dua pertiga suara untuk dapat dinyatakan sebagai Paus baru.
Jika belum ada hasil setelah tiga hari, proses dihentikan sementara untuk refleksi, doa bersama dan renungan rohani yang dipimpin oleh Kardinal Proto-Diakon atau kardinal tertua untuk memberikan nasihat spiritual agar para pemilih dapat menemukan jalan terang dalam pengambilan keputusan.
Bagaimana cara masyarakat mengetahui bahwa seorang Paus telah terpilih?
Hal ini sangat unik dan menjadi ciri khas. Setiap kali pemungutan suara selesai, surat suara dibakar. Jika belum ada hasil, asap hitam akan keluar dari cerobong Kapel Sistina. Namun, jika Paus baru terpilih, asap putih akan mengepul sebagai pertanda yang langsung disambut jutaan umat Katolik di seluruh dunia.
3. Saat Paus Terpilih
Setelah salah satu kandidat mencapai ambang dua pertiga suara, Kardinal Pietro Parolin, sebagai pejabat tertinggi di antara para pemilih, akan bertanya: “Apakah Anda menerima pemilihan kanonik ini sebagai Paus?”. Jika dijawab “ya”, ia akan ditanya nama yang ingin digunakan sebagai Paus.
Setelah menerima, Paus baru secara otomatis menjadi Uskup Roma dan Pemimpin Gereja Katolik sedunia. Para kardinal lalu satu per satu menyampaikan penghormatan dan sumpah kesetiaan mereka.
Paus terpilih kemudian berganti jubah di Ruang Air Mata. Tak lama setelah itu, Kardinal Proto-Diakon, Dominique Mamberti, akan muncul di balkon tengah Basilika Santo Petrus dan menyampaikan pengumuman yang ditunggu dunia: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!” (“Aku memberitahukan kepada kalian kabar sukacita besar: Kita telah memiliki Paus!”)
Paus baru kemudian tampil di hadapan umat untuk memberikan berkat pertamanya, Urbi et Orbi, dari loggia tengah Basilika Santo Petrus. Suara lonceng bergema dan umat yang memenuhi Lapangan Santo Petrus menyambut dengan sorak dan air mata haru.
Beberapa hari kemudian, Paus baru akan menjalani upacara pelantikan resmi dan mengambil alih Tahta Kepausan secara penuh dengan menerima kepemilikan Basilika Lateran, gereja katedral resmi Keuskupan Roma.
Kandidat terkuat Paus 2025
konklaf pada tahun 2025 ini diikuti oleh 133 kardinal dari seluruh dunia. Kardinal yang mengikuti konklaf adalah para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun. Terdapat perwakilan kardinal dari Indonesia, yaitu Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo.
Lantas, siapa saja kardinal yang menjadi kandidat terkuat menjadi Paus?
1. Uskup Agung Bologna Kardinal Mateo Zuppi (69 tahun)
Melansir dari Majalah Time, Uskup Agung Bologna Kardinal Mateo Zuppi dianggap sebagai salah satu kandidat terkuat pengganti Paus Fransiskus. Hal ini disebabkan karena Kardinal Zuppi memiliki kedekatan dengan Paus Fransiskus sehingga digadang-gadang siap untuk meneruskan kepemimpinan pendahulunya.
Kardinal Zuppi pernah diangkat menjadi Uskup Agung Bologna, Italia, oleh Paus Fransiskus pada 2015. Jabatan yang diemban Zuppi menjadi salah satu posisi paling berpengaruh di Italia.
Setelah itu, Kardinal Zuppi ditunjuk sebagai Presiden Konfederasi Uskup pada 2022. Paus Fransiskus kemudian memberikan tugas baru kepada Kardinal Zuppi kepada utusan perdamaian untuk urusan Ukraina pada 2023.
2. Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin (70 tahun)
Di sisi lain, Media-media di Italia menggambarkan Kardinal Parolin sebagai pewaris Paus Fransiskus. Sepanjang hidupnya, Kardinal Pietro Parolin dikenal sebagai seorang diplomat kawakan untuk Vatikan dan pernah bertugas di Venezuela, Nigeria dan Meksiko. Ia juga dipandang sebagai seorang moderat yang bijaksana seperti Paus Fransiskus yang berfokus pada demokrasi, HAM dan kemanusiaan.
3. Kardinal Robert Francis Prevost (69 tahun)
Meskipun sepanjang sejarah Vatikan belum pernah ada Paus yang berasal dari Amerika, nama Kardinal Prevost dipertimbangkan sebagai salah satu kandidat kuat Paus yang baru. Hal ini dikarenakan, Kardinal Prevost menjabat sebagai kepala kelompok penasihat utama Fransiskus dalam memilih Uskup baru. Posisi tersebut memberikan Kardinal Prevost keuntungan karena namanya dikenal luas.
Kardinal Prevost juga bertugas sebagai misionaris di Peru pada awal perjalanannya sebagai imam, sebelum pindah posisi kepemimpinan di Vatikan.
4. Mantan Uskup Agung Filipina Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle (69 tahun)
Mungkinkah Paus berasal dari Asia? Hal ini mungkin saja, mengingat salah satu kandidat terkuat Paus berasal dari Filipina. Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle masuk bursa Paus yang baru setelah ia dipandang sebagai “bintang” yang sedang naik daun di Gereja Katolik.
Hal itu terjadi sejak pengangkatannya pada 1997 dalam kelompok teolog Katolik terpilih yang memberikan bimbingan kepada para pemimpin gereja mengenai pertanyaan-pertanyaan teologis utama. Jika hasil konklaf menetapkan Tagle sebagai pengganti Paus Fransiskus, ia akan menjadi Pemimpin Gereja Katolik pertama yang berasal dari Asia.
5. Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson (76 tahun)
Kandidat kuat terakhir yang digadang-gadang akan menggantikan Paus Fransiskus adalah Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson. Kardinal Turkson merupakan penasihat dekat Paus Fransiskus dalam ensiklik "Laudato Si" yang berisi prinsip untuk merawat Bumi sebagai rumah bersama.
Kardinal ini juga mewakili kelanjutan warisan keadilan sosial dan lingkungan progresif Fransiskus. Menurut Profesor Teologi di Boston College, Richard Lennan, Kardinal Turkson akan menjadi pilihan yang benar-benar menarik dalam konklaf tahun ini. Lebih lanjut, Richard Lennan juga mengatakan bahwa Kardinal Turkson memiliki komitmen yang kuat terhadap keadilan sosial dan melakukan apa saja yang harus dilakukan.
“Ia memenuhi semua kriteria Fransiskus,” ungkap Lennan.
Jadwal konklaf 2025
Prosesi pemilihan paus baru, atau konklaf, umumnya diselenggarakan selama 15-20 hari. konklaf 2025 dijadwalkan dimulai pada 7 Mei 2025 pukul 10.00 waktu Vatikian.
Meski memiliki estimasi waktu, tidak ada batasan waktu spesifik dalam sebuah rangkaian konklaf. Tradisi pemilihan Paus ini akan terus diselenggarakan hingga Paus baru terpilih.
Umat Katolik hanya bisa menunggu asap putih yang menandai terpilihnya Paus baru.
Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News
- Tag
- Share
-