Tragis! Viral Pesan Terakhir Jurnalis Palestina Sebelum Tewas: Jika Anda Baca Ini, Berarti Saya Telah Terbunuh

Tragis! Viral Pesan Terakhir Jurnalis Palestina Sebelum Tewas: Jika Anda Baca Ini, Berarti Saya Telah Terbunuh

Jurnalis Al Jazeera, Hossam Shabat-network.aljazeera.net-Al Jazeera

POSTINGNEWS.ID --- Viral di media sosial tentang isi pesan terakhir Hossam Shabat, jurnalis Al Jazeera di Palestina, yang tewas akibat serangan Israel di Gaza pada Senin (24/3) lalu. Shabat tewas setelah mobil yang ia tumpangi diserang di bagian timur Beit Lahiya, Gaza utara.

"Militer Israel menargetkan kendaraannya tanpa memberikan peringatan sebelumnya," ungkap Tareq Abu Azzoum, jurnalis Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah, Gaza tengah, dilansir Gaza">Al Jazeera. 

BACA JUGA: Miris! Ini Kesaksian Warga Palestina Setelah Ditahan Israel Selama Hitungan Tahun

Sebelum kematiannya, Shabat sempat menulis pesan terakhir. Dalam pesan itu, ia menulis, "Jika Anda membaca ini, itu berarti saya telah terbunuh — kemungkinan besar menjadi target — oleh pasukan pendudukan Israel."

Shabat juga mengungkapkan, selama 18 bulan terakhir, ia telah mengabdikan seluruh waktunya untuk melaporkan kondisi Gaza, meski harus tidur di trotoar, sekolah, atau tenda. Ia bahkan menahan rasa lapar berbulan-bulan, tetapi tidak pernah meninggalkan Palestina

Serangan Israel lainnya pada hari yang sama juga menewaskan Mohammad Mansour, jurnalis Palestine Today. Mansour tewas bersama istri dan anaknya di rumah mereka di Khan Younis, Gaza selatan, dalam serangan yang juga datang tanpa peringatan.

BACA JUGA: Gokil! Filter Semangka yang Viral di Tiktok Sukses Donasikan Hingga Ratusan Juta Rupiah untuk Palestina

Isi Surat Terakhir

Berikut adalah tulisan lengkap Shabat sebelum akhirnya tewas akibat serangan Israel, yang dibagikan oleh rekan-rekannya di aplikasi X. 

Jika Anda membaca ini, itu berarti saya telah terbunuh—kemungkinan besar menjadi target—oleh pasukan pendudukan Israel. Ketika semua ini dimulai, saya baru berusia 21 tahun—seorang mahasiswa dengan impian seperti orang lain. Selama 18 bulan terakhir, saya telah mendedikasikan setiap detik hidup saya untuk rakyat Palestina.

Saya mendokumentasikan kengerian di Gaza utara setiap menit, dengan tekad untuk menunjukkan kepada dunia kebenaran yang mereka coba kubur. Saya tidur di trotoar, di sekolah, di tenda—di mana pun saya bisa. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup. Saya menahan lapar berbulan-bulan, namun saya tidak pernah meninggalkan Palestina.

Demi Tuhan, saya telah melaksanakan tugas saya sebagai jurnalis. Saya mempertaruhkan segalanya untuk melaporkan kebenaran, dan sekarang, saya akhirnya bisa beristirahat—sesuatu yang tidak pernah saya rasakan dalam 18 bulan terakhir. Saya melakukan semua ini karena saya percaya pada perjuangan Palestina. Saya percaya tanah ini adalah milik kita, dan ini adalah kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk mati membela dan melayani tanah ini serta rakyat Palestina.

Saya memohon kepada Anda sekarang: jangan berhenti berbicara tentang Gaza. Jangan biarkan dunia berpaling. Teruslah berjuang, terus ceritakan kisah kami—hingga Palestina merdeka."

BACA JUGA: Mulianya Bocah SD Viral Bongkar Celengan untuk Donasi Palestina

Serangan Terhadap Jurnalis

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO), jumlah pekerja media yang tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 kini mencapai 208 orang.

GMO mengecam keras serangan terhadap jurnalis Palestina dan mendesak kelompok advokasi pers untuk mengecam kejahatan sistematis ini.

Mereka juga menyebut Israel, Amerika Serikat, serta negara-negara seperti Inggris, Jerman, dan Prancis sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejahatan ini.

Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ) turut mengutuk pembunuhan Shabat dan Mansour. Mereka menyerukan penyelidikan independen untuk mengusut apakah kedua jurnalis tersebut memang sengaja menjadi target.

Jodie Ginsberg, CEO CPJ, mengatakan, membunuh jurnalis dengan sengaja adalah kejahatan perang. CPJ juga sedang menyelidiki sejumlah kasus dugaan Israel memang sengaja menargetkan jurnalis.

Serangan Israel di Gaza terus berlanjut. Sejak dimulainya kembali serangan besar-besaran pada 18 Maret 2025, lebih dari 700 orang, termasuk ratusan anak-anak, tewas.

Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News

Source
Tag
Share
Berita Lainnya