Harga Emas Naik Tipis Ditengah Tekanan Inflasi AS yang Meningkat

Harga Emas Naik Tipis Ditengah Tekanan Inflasi AS yang Meningkat

--

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Harga emas mengalami pemulihan tipis pada akhir sesi perdagangan Amerika Utara hari Rabu, 13 Februari 2025.

Setelah Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menegaskan bahwa kebijakan moneter perlu tetap ketat di tengah meningkatnya tekanan inflasi.

Sementara itu, ancaman tarif yang lebih tinggi dari Presiden AS Donald Trump semakin intensif, menciptakan ketidakpastian di pasar. XAU/USD diperdagangkan di sekitar $2.897, nyaris tidak berubah dari sesi sebelumnya.

Berdasarkan analisis teknikal dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan bahwa tren bullish masih mendominasi pergerakan harga emas.

BACA JUGA:Link Nonton Anime Shangri-La Frontier: Saatnya

Proyeksi pergerakan emas hari ini memperkirakan XAU/USD berpotensi naik hingga mencapai level $2.941. Namun, jika terjadi reversal setelah kenaikan, harga emas bisa mengalami koreksi ke level $2.882 sebagai target terdekatnya.

Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) AS melonjak di atas 3% pada bulan Januari, emas kembali berusaha untuk rebound pada hari Kamis (13/2), diperdagangkan di sekitar level $2.900.

Penguatan harga emas ini terjadi meskipun ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed mulai menurun. Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan bahwa inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan berpotensi membuat The Fed mempertahankan kebijakan ketatnya lebih lama.

Pada pekan lalu, kontrak berjangka suku bunga federal funds untuk bulan Desember menunjukkan bahwa pelaku pasar mengantisipasi pelonggaran kebijakan sebesar 40 basis poin (bp).

BACA JUGA:GRATIS Link DANA Kaget Spesial Sabtu 15 Februari 2025: Berhadiah Rp258.000!

Namun, setelah rilis data IHK terbaru, ekspektasi tersebut menurun menjadi hanya 30 bp pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini. Hal ini berdampak pada imbal hasil obligasi pemerintah AS dan nilai tukar Dolar AS (USD), yang sempat menguat tetapi kemudian kehilangan momentum pasca-rilis data inflasi, dengan Indeks Dolar AS (DXY) berada di level 107,98.

Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan kesaksiannya di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat AS, menegaskan bahwa upaya pengendalian inflasi masih belum selesai.

Pernyataan Powell diperkuat oleh Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang menyatakan bahwa inflasi diperkirakan baru mencapai target 2% pada tahun 2026.

Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga menambahkan bahwa data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Januari mengindikasikan bahwa perjuangan The Fed dalam menurunkan inflasi masih berlanjut.

Temukan konten postingnews.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya