Pakar Ekonomi Ungkap Penyebab Inflasi di Turki: Karena Erdogan Suka Pecat Pejabat Keuangan yang 'Pintar'

Pakar Ekonomi Ungkap Penyebab Inflasi di Turki: Karena Erdogan Suka Pecat Pejabat Keuangan yang 'Pintar'

Inflasi di Turki capai rekor paling parah.--Screenshot Youtube/dwnews

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Nilai tukar Lira Turki kembali jatuh ke level terendah pada Rabu (7/6) dan berada di sekitar angka 23,19 terhadap Dolar Amerika Serikat.
 
Penurunan sebesar tujuh persen ini mencatat rekor baru sejak tahun 2021, ketika Lira mengalami penurunan akibat kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.
 
Kejatuhan Lira itu terjadi hanya seminggu setelah Erdogan terpilih kembali untuk masa jabatan ketiganya.
 
Selama ini, Erdogan telah mempromosikan suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, bahkan mengkritik suku bunga yang tinggi sebagai hal yang merugikan yang dipengaruhi oleh "lobi kepentingan asing".
 
Beberapa analis meyakini bahwa pelemahan mata uang nasional ini disebabkan oleh kebijakan Bank Sentral yang mulai membatasi intervensi pasar.
 
 
Setelah periode nilai tukar yang stabil, otoritas di Ankara tidak lagi secara aktif membeli Lira untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
 
Ada juga pengamat yang berpendapat bahwa perubahan kebijakan Bank Sentral terkait dengan masa jabatan Menteri Keuangan yang baru, Mehmet Simsek.
 
Simsek dikenal karena sikap kritisnya terhadap kebijakan pemerintah dan diyakini akan segera meningkatkan suku bunga ke level yang lebih tinggi.
 
Bulan lalu, cadangan valuta asing yang dimiliki oleh Bank Sentral telah mencapai angka minus USD 4,4 miliar.
 
Penunjukan Simsek dianggap sebagai titik balik dalam kebijakan ekonomi Erdogan.
 
 
Sebagai mantan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan dari tahun 2009 hingga 2015, Simsek dihormati oleh investor asing.
 
Dia pernah menekankan pentingnya mengembalikan perekonomian ke jalur yang "rasional" dan bahwa tidak ada formula instan untuk keluar dari krisis.
 
Simsek akan menghadapi banyak pekerjaan di Kementerian Keuangan.
 
"Selama beberapa tahun terakhir, Turki tidak kekurangan menteri keuangan atau pejabat bank sentral yang pintar. Namun, setiap kali ada seseorang yang mencoba menjalankan tugasnya dengan benar, yaitu dengan menaikkan suku bunga, orang tersebut akan dipecat," kata Ipek Ozkardeskaya, seorang analis senior di Swissquote Bank.
 
Beberapa analis berspekulasi bahwa Bank Sentral Turki tidak akan menunggu hingga konvensi pada tanggal 22 Juni untuk menaikkan suku bunga acuan.
 
 
Kenaikan suku bunga darurat "sangat mungkin terjadi dan dapat menstabilkan pasar dalam jangka pendek," kata Ulricht Leuchtmann, Direktur FX Research di Commerzbank, Jerman.
 
Hal ini terasa seperti awal dari sebuah krisis bagi Lira," katanya.
 
"Ini terjadi ketika Anda menghadapi tindakan drastis di mana Anda mengira situasinya akan tetap sama, tetapi tiba-tiba semuanya berubah."
 
Erdogan juga sedang mempertimbangkan pergantian di puncak Bank Sentral.
 
Salah satu kandidat yang paling mungkin adalah Hafize Gaye Erkan, seorang direktur keuangan senior di Amerika Serikat.
 
BACA JUGA:
 
Erkan telah dilaporkan telah bertemu dengan Simsek baru-baru ini dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Erdogan, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Reuters.

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: