Menkes: 'Daripada Beli Rokok, Rp 10 Ribu Mending Beli Telur'

Menkes: 'Daripada Beli Rokok, Rp 10 Ribu Mending Beli Telur'

Cara Terhindar dari Asap Rokok di Tempat Umum-Rianti S-Pixabay--

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan (Menkes) menyarankan agar orang tua melakukan upaya-upaya pencegahan stunting dibanding membeli rokok

Pernyataan Menkes tersebut usai peninjauan Posyandu Balita Cempaka 3, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (22/2).

Bermula saat Budi mengimbau para orang tua untuk mengawasi kesehatan anaknya secara disiplin dengan menimbang perkembangan berat badan anak rutin setiap bulan di fasilitas kesehatan.

BACA JUGA:Waspada! Sumber Penyakit Menular di Indonesia Sudah Bergesar dari Covid-19, Menkes: TBC dan HIV Kini Lebih berbahaya!

Menkes pun merespons pertanyaan terkait wacana larangan rokok ketengan.

"Soal rokok, uang rokok sebaiknya bayar buat beli telur, beli bahan lain. Bukan beli rokok," lugas Menteri Kesehatan. 

Budi mengatakan orang tua juga harus memiliki pengetahuan untuk meningkatkan gizi anak. Dirinya menerangkan apabila berat badan anak tak kunjung naik, maka orang tua dapat memberikan satu butir telur kepada anaknya.

"Jadi timbang (beratnya) tiap bulan,enggak naik, kasih telur sebutir. Telur itu satu kilo, saya enggak tahu di DKI, bapak Gubernur jagain harga ya, itu harganya bisa geser-geser. kadang Rp30 ribu, Rp20 ribu, Rp32 ribu. Kalau enggak salah sekali beli dapatnya berapa? 16 (butir) ya?" Ujar Budi.

BACA JUGA:Kemenkes Ingatkan Masyarakat Tak Membeli Obat Sirup Sendirian Tanpa Resep Dokter: Baiknya Konsultasi Dulu

"Jadi bayangin, dengan Rp30 ribu bisa dapat 16 telur cukup buat si bayi 16 hari. Daripada dipakai buat ngerokok bapak-bapaknya itu mungkin bisa habis Rp10 ribu sehari, mendingan beliin telur buat anak-anaknya," lanjutnya.

Himbauan Budi untuk para ibu-ibu agar mengalokasikan dana rumah tangga untuk membeli telur untuk anak daripada membeli rokok para bapak.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) merencanakan program penurunan angka prevalensi stunting hingga tahun 2024. Presiden RI itu ingin prevalensi turun ke 14 persen sebelum dirinya mengakhiri masa jabatan.

Angka prevalensi stunting Indonesia tahun 2014 sebesar 34 persen. Angka itu terus menurun setiap tahun. Hingga prevalensi stunting tahun 2022 mencapai angka 21,6 persen.

BACA JUGA:Heru Budi Ajak Menkes Budi Gunadi Sadikin Bahas Penanganan Stunting di DKI Jakarta

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: