Indonesia Optimis Bakal Selamat dari Gejolak Resesi Global 2023, Sudah Terlatih!
Indonesia mulai mandiri secara ekonomi. Resesi ekonomi 2023 kemungkinan tidak akan separah ekonomi eropa --Bareksa.com
JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Resesi 2023 banyak dibicarakan oleh para pakar ekonomi dunia. Ramalan ini muncul karena imbas perang Rusia - Ukraian yang berkepanjangan. Kristalina Georgieva bahkan menekankan resesi di kawasan Eropa lebih nyata bakal terasa ketimbang di Amerika.
Presiden IMF tersebut memprediksi resesi terjadi dikarenakan tiga negara kawasan perekonomian terbesar yakni Amerika Serikat, Uni Eropa dan China mengalami perlambatan serentak dalam kuartal ekonomi terakhir, dengan begitu akan mempengaruhi hampir separuh perekonomian dunia bahkan di negara yang tidak alami resesi akan terkena imbasnya.
Resesi secara teori menurut apa yang disampaikan Dana Moneter International (IMF) dimaksudkan sebagai penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
BACA JUGA:Ramalan Anak Indigo Soal Resesi 2023: Diminta Jangan Terlalu Tegang!
Dampaknya, resesi ekonomi dapat memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran hingga kebangkrutan ekonomi.
Di Indonesia, jika teori resesi sebagai tersebut di atas, maka sudah terlatih menderita resesi, sebut saja tahun 1998, krisis 2008, 2013, dan 2020. Tetapi mulai lepasnya Indonesia dari kerangkeng intervensi IMF akan memudahkan Indonesia mengatasi resesi ini.
Tidak seperti 1998 dimana Indonesia terlalu dekat dengan cengkraman IMF, resesi 2022 akan terasa lebih ringan karena Indonesia mulai bangkit dan mampu berdiri secara mandiri dalam segi perekonomian.
IMF sendiri akan melakukan ancaman resesi dengan dua cara, pertama melalui World Bank (bank dunia) akan menaikkan suku bunga untuk menghadapi inflasi yang tidak terkendali.
BACA JUGA:Dunia Terancam Resesi, 60 Negara Diprediksi Krisis Utang Tahun Depan
Kedua, mau tidak mau, meski dilakukan secara terpaksa, ikut meredam ketegangan geopolitik seperti apa yang terjadi pada Rusia vs Ukraina. Dengan menaikkan suku bunga, negara-negara berkembang lah yang akan banyak terkena imbas resesi, karena secara mata uang pun sudah mengekor kepada negara-negara besar seperti 3 negara tersebut di atas.
Mau tidak mau, pihak lembaga-lembaga keuangan dan ekonomi dunia mesti memikirkan bagaimana caranya ikut dalam medan perang Rusia - Ukraina dan menekankan perdamaian pada dua negara tersebut.
Ketergantungan resesi pada pertumbuhan ekonomi China merupakan salah satu kesalahan ekonomi terbesar IMF, mengingat China masih berfokus pada pemulihan ekonomi bagi negaranya paska bencana Covid-19. Dikatakan pada tahun 2022 saja China menyumbang lebih sedikit ekonomi dunia sebesar 4,4 persen yang biasanya menyumbang 35-40 persen untuk dunia.
Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News
Sumber: