Sumatra Makin Kehilangan Alamnya, Kajian IPB Ungkap Biodiversitas Tergerus Paling Dalam
Kajian IPB University menunjukkan Sumatra mencatat kehilangan biodiversitas tertinggi di Indonesia akibat tekanan pembangunan dan perubahan iklim.-Foto: Forest Digest-
Namun ketika peta itu diurai lebih rinci berdasarkan tipe ekosistem, cerita berubah. Ekosistem lahan basah dan ekosistem pegunungan muncul sebagai dua tipe yang paling rentan secara nasional. Secara spasial, Sumatra kembali berada di posisi teratas sebagai wilayah dengan tingkat kerentanan paling tinggi, disusul Papua, Kalimantan, dan Maluku.
BACA JUGA:SP3 KPK Picu Tanda Tanya, Dugaan Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun Tak Dilanjutkan
“Secara spasial, Pulau Sumatra tercatat sebagai wilayah dengan tingkat kerentanan tertinggi, diikuti Papua, Kalimantan, dan Maluku,” ungkap Prof Syartinilia.
Kajian ini, lanjutnya, merupakan bagian dari analisis yang disusun IPB University untuk dokumen National Communication, khususnya pada sektor adaptasi perubahan iklim di bidang ekosistem. Data yang digunakan tidak hanya bersandar pada catatan masa lalu, tetapi juga mencoba memandang ke depan dengan memproyeksikan kondisi ekosistem berdasarkan dinamika perubahan yang sudah terjadi.
“Kajian ini tidak hanya melihat apa yang sudah terjadi di masa lalu, tetapi juga mencoba memproyeksikan ke depan berdasarkan dinamika perubahan yang ada,” ujarnya.
Di ujung pemaparan, Prof Syartinilia menegaskan satu hal mendasar. Perubahan iklim tidak bisa dipisahkan dari aktivitas manusia dalam skala lanskap. Kenaikan suhu, pergeseran pola hujan, meningkatnya cuaca ekstrem, naiknya muka air laut, hingga perubahan biodiversitas bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Semua saling terkait dan saling memperkuat.
BACA JUGA:PDIP Mainkan Kartu Regenerasi, Anak Muda dan Perempuan Maju di Jateng
“Faktor antropogenik memiliki kontribusi signifikan dalam memperkuat dampak perubahan iklim terhadap ekosistem Indonesia,” katanya.
Dari Sumatra hingga wilayah lain di Nusantara, kajian ini menyiratkan pesan sederhana namun keras. Kerentanan ekologis bukan sekadar nasib alam, melainkan cermin dari pilihan manusia hari ini yang dampaknya akan dipikul jauh di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News