Data tersebut menemukan bahwa persentase murid SMP dan SMA yang telah melakukan hubungan seks turun dari 54 persen ke 40 persen sejak 1991 hingga 2017.
"Dengan kata lain, di jeda generasi, seks berubah dari sesuatu yang paling sering dilakukan anak SMP dan SMA, ke sesuatu yang paling jarang dilakukan [oleh generasi muda sekarang]," tulis Julian.
Julian menuturkan beberapa aspek penyebab resesi seks terjadi karena sejumlah orang merasa tak harus melakukan seks jika tidak mereka tak menginginkannya.
Julian juga menyoroti kemungkinan sejumlah orang yang lebih memprioritaskan sekolah dan pekerjaan, ketimbang cinta dan seks.
Sebagaimana diberitakan Insider, faktor lain penyebab resesi ini adalah perubahan norma budaya.
Masyarakat kini lebih mudah mendapatkan hiburan di dunia maya, seperti menonton Netflix dan menyelam di Instagram. Ini membuat orang tak lagi sering ingin melakukan seks.
3. Jepang
Jepang menjadi salah satu negara yang generasi mudanya melakukan lebih sedikit seks ketimbang generasi sebelumnya.
Berdasarkan Survei Fertilitas Nasional Jepang, satu dari sepuluh pria Jepang yang berumur 30-an masih perjaka.
"Banyak individu yang tak dapat menemukan pasangan di komunitas," kata peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Tokyo, Peter Ueda, kepada CBS News.
Ueda juga berpendapat resesi seks di Jepang ini terjadi karena ketidakpercayaan diri atas finansial dan pekerjaan yang dialami warga.
"Dibandingkan dengan pria yang menjadi karyawan tetap, pekerja paruh waktu atau pekerja sementara empat kali lebih besar tidak memiliki pengalaman heteroseksual pada umur 25 hingga 39, dan orang yang tak bekerja berisiko delapan kali lebih besar," kata Ueda.
BACA JUGA:Deolipa Yumara Klaim Kantongi Data Pelaku Konsorsium 303
4. Inggris
Selain China, AS, dan Jepang, Inggris juga menjadi salah satu negara yang mengalami resesi seks.
Berdasarkan Survei Nasional terkait Perilaku Seksual dan Gaya Hidup (Natsal), angka aktivitas seksual responden sejak 2001 hingga 2012 mengalami penurunan.