BACA JUGA: Swafoto Puan-Anies di Samping Jokowi, Elite PDIP Bilang Begini
Saya sangat putus asa untuk membuktikan suatu hal, saya terlalu memaksakan diri sehingga saya mengabaikan rasa sakit di jari-jari saya," kenangnya dilansir CNA 28 Mei 2022.
Ketika itu, Ravi tidak menyadari bahwa sarung tangannya telah robek yang menyebabkan jari-jarinya terbuka dan terpapar langsung hawa dingin yang sangat menusuk.
+++++
"Di benak saya, saya berharap sensasi di jari-jari saya akan hilang saat suhu semakin hangat dan matahari terbit lebih tinggi, tetapi ini tidak pernah terjadi. Jari-jari saya tidak bisa pulih," katanya.
Lima belas tahun kemudian, setelah kejadian yang menentukan itu, Ravi yang saat ini menginjak usia 57 tahun, telah kembali ke Gunung Everest dengan penuh euforia.
Pada 5 Mei lalu, Ravi mencapai puncak untuk ketiga kali dalam hidupnya, yang pertama setelah ia mengalami kecacatan.
Ia membagikan kisahnya kepada CNA melalui wawancara secara virtual dari Kathmandu, pendaki asal negeri Jiran tersebut menceritakan bagaimana pendakian puncak Everest terbaru tersebut sebagai 'momen terbaik' dalam hidupnya.
BACA JUGA:Rusia Gagal Kuasai Penuh Wilayah Severodonetsk
BACA JUGA:Keuangan Klub Memburuk, Barcelona Potong Gaji Pemain 50 Persen
Menyelesaikan ekspedisi tahun ini, tantangan yang ia beri nama Everest 3.0, adalah kesempatan untuk 'menaklukkan setan tua.
"Setiap kali Anda kembali ke tempat-tempat yang membuat Anda merasa gelap dalam pikiran Anda, dan (Anda) mengatasi tantangan dengan lebih baik, itu memberi Anda ruang yang lebih cerah dan pandangan yang lebih cerah," sambungnya.
+++++
"Kembali ke Everest tahun ini, itu memberi saya pandangan yang lebih jelas tentang siapa saya dan kepercayaan diri yang saya miliki,” tambahnya.
Ravi, yang sekaligus menjadi pemandu untuk dua pendaki lainnya pada tahun ini, mengenang bagaimana 20 hingga 30 langkah terakhir menuju puncak memberinya 'rasa pencapaian dan kepuasan yang baik'.
BACA JUGA:Mengerikan! Ribuan Tentara Rusia Gelar Latihan Perang Nuklir