JAKARTA, PostingNews.id — Ladang jagung di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, terlihat tak seceria seremoni peresmiannya beberapa bulan lalu. Hamparan yang dulu dipamerkan sebagai bagian dari program Ketahanan Pangan Nasional kini lebih sering dipenuhi rumput liar ketimbang aktivitas pertanian.
Ladang itu sempat diresmikan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka pada Oktober 2025. Saat itu, harapannya jelas, jagung tumbuh subur, panen berjalan, dan ketahanan pangan menemukan pijakan di tanah Banten. Namun ketika disambangi pada Selasa siang 30 Desember 2025, pemandangan di lapangan berbicara lain.
Ribuan pohon jagung memang masih berdiri, tetapi tingginya tidak seragam. Di bagian depan ladang, beberapa tanaman sudah berbuah dengan tinggi sekitar satu meter. Daun dan batangnya terlihat menguning, seolah kelelahan sebelum sempat berbuah maksimal. Semakin ke belakang, kondisinya makin menyedihkan. Banyak pohon tumbuh lebih pendek, sebagian roboh, sebagian lagi seperti kalah bersaing dengan rumput liar yang menjulang.
Rumput tumbuh hampir di seluruh area ladang. Di beberapa titik, tingginya bahkan menutup batang jagung. Siang itu, tak terlihat petugas penjagaan atau aktivitas perawatan. Yang tampak justru sejumlah warga yang mondar-mandir memotong rumput untuk pakan ternak.
BACA JUGA:Gibran Tebar Cerita Manis, Klaim Puluhan Ribu Orang Datang Lihat IKN saat Nataru
“Enggak ada yang jaga, sudah lama. Awal-awal dulu ada, tapi belakangan enggak pernah lihat,” ujar Supriatna, warga setempat yang sedang mengumpulkan rumput.
Menurut pengetahuannya, rumput liar di ladang tersebut memang jarang dibersihkan. Akibatnya tumbuh subur dan dimanfaatkan warga. Sementara jagung yang sudah berbuah, kata dia, tak pernah dipanen.
“Kalau lihat dari pohonnya, ini jagung hibrida, buat pakan ternak. Kondisinya juga enggak bagus,” kata Supriatna.
Di tengah kesan terbengkalai itu, aparat kepolisian setempat memberikan penjelasan berbeda. Kapolresta Tangerang Kombes Pol Andi Muhammad Indra Waspada membantah anggapan bahwa ladang jagung tersebut gagal panen. Menurutnya, program itu masih berada dalam tahap evaluasi teknis.
“Program budidaya penanaman jagung ini merupakan bagian dari dukungan ketahanan pangan dan masih terus dimonitor untuk memastikan keberlanjutan serta perbaikan hasil tanam,” ujar Indra melalui keterangan tertulis yang diterima Selasa.
BACA JUGA:Soal Pilkada Lewat DPRD, ICW Sebut Ruang Transaksi Politik Bisa Makin Gelap
Ia menjelaskan, program budidaya jagung di Desa Bantarpanjang merupakan kerja sama antara Polda Banten, Polresta Tangerang, dan PT MSD Corpora Internasional. Total luas areal mencapai sekitar 50 hektare. Dari luasan tersebut, area tanam aktif sekitar 20 hektare yang terbagi dalam tiga blok, yakni Blok A, Blok B, dan Blok C.
Menurut Indra, seluruh tahapan budidaya telah dijalankan secara bertahap. Mulai dari pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemupukan dasar, penanaman, hingga pemeliharaan, semuanya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Ia mengakui, pada fase awal pertumbuhan, hasilnya memang belum optimal.
Kondisi lahan menjadi salah satu faktor utama. Tanah di lokasi disebut berwarna merah kekuningan dengan kandungan unsur hara yang minim. Lapisan top soil tipis dan bercampur batuan padas. Situasi ini, kata Indra, membuat tanaman tidak tumbuh seragam.
Selain karakter tanah, cuaca juga ikut memengaruhi. Curah hujan tinggi dalam beberapa waktu terakhir memicu erosi dan menghanyutkan sebagian unsur hara serta pupuk yang telah diaplikasikan.