POSTINGNEWS.ID --- Halo Sobat Global! Pernah ngerasa nggak sih kalau selama ini tatanan ekonomi dunia kayak cuma ditarik-ulur sama negara-negara Barat doang? Nah, pelan tapi pasti, peta kekuatan itu mulai bergeser. Sekarang, mata dunia lagi tertuju ke satu blok yang makin hari makin "berotot": BRICS.
Nggak main-main, Kenya—salah satu pemain kunci di Afrika—terang-terangan bilang kalau BRICS sekarang jadi magnet yang susah buat diabaikan. Duta Besar Kenya untuk Rusia, Peter Mutuku Mathuki, bahkan menyebut kalau blok ini adalah harapan baru buat negara-negara berkembang yang pengen punya suara lebih lantang di kancah internasional.
Kenapa sih BRICS tiba-tiba jadi "gadis cantik" yang diperebutkan banyak negara? Dan apa untungnya buat negara kayak Kenya (dan kita di Indonesia) buat gabung atau sekadar jadi mitra? Yuk, kita bedah manuver geopolitik yang satu ini!
BACA JUGA:Benarkah Kenaikan Tarif 32 Persen Akibat Indonesia Gabung BRICS? Istana: Nggak Ada Hubungannya
Magnet Baru Ekonomi Global: Kenapa BRICS?
Dulu, BRICS mungkin cuma dianggap perkumpulan biasa antara Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Tapi sekarang? Game changer, Sob! Ekspansi besar-besaran yang dilakuin blok ini bikin bobot ekonominya makin berat.
Menurut Mathuki, BRICS sekarang udah jadi blok yang "diperhatikan semua orang". Alasan utamanya simpel: Diversifikasi. Negara-negara nggak mau lagi bergantung sama satu sistem pembiayaan atau satu mata uang dominan. Mereka butuh alternatif, dan BRICS nawarin itu lewat kerja sama yang lebih setara dan saling menguntungkan bagi negara berkembang.
BACA JUGA:Donald Trump Berang Gegara Rencana BRICS Tak Lagi Pakai Dolar, Ancam Naikan Tariff Perdagangan
Kenya Siap Merapat: Afrika Nggak Mau Ketinggalan Kereta
Kenya sadar betul kalau semakin banyak negara Afrika (kayak Mesir dan Ethiopia) yang masuk jadi anggota penuh, maka BRICS bakal makin relevan buat kepentingan regional mereka.
“Kenya dapat bekerja sama erat dengan BRICS,” ujar Mathuki. Bagi Kenya, ini bukan cuma soal politik, tapi soal peluang pembangunan nasional. Dengan gabung atau bermitra sama BRICS, mereka bisa dapet akses pembiayaan dan pasar baru yang lebih luas, mulai dari Asia sampai Amerika Latin.
BACA JUGA:Musyawarah Kubro Turun Tangan, Rais Aam Minta Islah Tapi Tetap Pegang Aturan PBNU
Indonesia & Ekspansi BRICS: Siapa Saja Pemainnya?
Coba liat daftar anggotanya sekarang, makin ngeri! Selain para pendiri, sekarang udah ada Iran, Mesir, Ethiopia, Uni Emirat Arab, dan tentu saja negara kebanggaan kita, Indonesia.
Nggak cuma anggota penuh, BRICS juga punya "jalur mitra" buat negara kayak Nigeria, Malaysia, Thailand, dan Uzbekistan. Model kerja sama yang fleksibel ini bikin negara-negara bisa kolaborasi tanpa harus ngerasa terikat aturan yang kaku banget. Ini yang bikin banyak negara merasa lebih "nyaman" di sini dibanding blok-blok tradisional bentukan Barat.
BACA JUGA:Masuk BRICS, Apa Arti Langkah Indonesia Bagi Industri Kripto?
Penyeimbang Tatanan Dunia yang "Barat-Sentris"
Selama puluhan tahun, aturan main ekonomi global kayak ditulis pakai satu pulpen yang sama. Hadirnya BRICS dianggap sebagai penyeimbang (counterweight) agar dunia nggak lagi didominasi satu sisi aja.
Minat Kenya ini sebenernya cerminan dari pergeseran geopolitik yang nyata. Negara-negara berkembang sekarang mulai berani milih jalan sendiri yang paling sesuai sama prioritas ekonomi mereka, bukan lagi sekadar ikut-ikutan arahan dari "atas".