Rocky Gerung Bongkar Beban Prabowo: Bencana, Ekonomi, dan Isu Fufufafa Tak Kunjung Hilang

Selasa 23-12-2025,14:47 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Pengamat politik Rocky Gerung menilai ruang publik saat ini dipenuhi isu yang kian memberatkan, mulai dari bencana ekologis, tekanan ekonomi, hingga kontroversi politik lama yang tak kunjung reda. Di tengah situasi itu, ia melihat kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto sedang diuji bukan oleh satu masalah, melainkan oleh tumpukan persoalan yang saling menekan.

Rocky menyebut bencana ekologis yang melanda berbagai wilayah Indonesia tidak bisa lagi dibaca sebagai kejadian musiman. Menurutnya, peristiwa itu adalah puncak dari kerusakan sistemik yang dibiarkan menahun. Karena itu, ia menilai pendekatan tambal sulam tidak lagi memadai. Publik, kata dia, menuntut langkah yang lebih mendasar berupa audit ekologi nasional untuk membuka akar persoalan secara utuh.

Ia menekankan bahwa analisis parsial hanya akan melahirkan kesimpulan setengah matang. Skala kerusakan yang terjadi, menurutnya, mustahil dipahami jika hanya dilihat secara lokal.

“Mesti dianalisis dan analisis lokal ya hanya menghasilkan kesimpulan lokal. Itu sebabnya netizen menuntut atau masyarakat umum menuntut adanya audit nasional tentang kerusakan ekologi itu kan, itu artinya mesti semua pihak diperiksakan,” ujar Rocky melalui kanal YouTube-nya, Selasa 23 Desember 2025.

BACA JUGA:Hashim Sebut Prabowo Tak Punya Sejengkal Pun Lahan Sawit di Indonesia

Rocky mendorong pemerintah agar tidak bersikap defensif menghadapi tuntutan tersebut. Ia melihat audit nasional justru bisa menjadi ruang kejujuran untuk membuka siapa saja yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan, siapa yang bermain di balik regulasi, hingga siapa yang diuntungkan oleh industri ekstraktif yang merusak alam.

“Jadi enggak perlu baper sebetulnya kalau ada tuntutan untuk mengevaluasi banjir itu dari perspektif bencana nasional. Karena di di situ ada kejujuran dibuka seluas-luasnya. Siapa yang bertanggung jawab secara ekologi, siapa yang memanipulasi regulasi, siapa yang mengambil keuntungan dari ekstraktif indasi di Sumatera,” urainya.

Menurut Rocky, cara pemerintah menangani bencana ini akan langsung berkelindan dengan reputasi dan legitimasi Presiden Prabowo. Ia mengingatkan bahwa kegagalan menyelesaikan persoalan secara tuntas akan berdampak serius terhadap tingkat kepercayaan publik pada tahun mendatang.

“Jadi saya anggap bahwa Presiden Prabowo sangat serius tentu karena ini adalah reputasi dia. Kalau dia gagal sebagai pemimpin untuk menyelesaikan bencana itu artinya mulai tahun depan itu legitimasinya akan turun,” jelasnya.

BACA JUGA:Sengkarut Ijazah Palsu Wagub Bangka Belitung yang Berujung Tersangka

Namun, di tengah desakan penanganan bencana dan tekanan ekonomi, Rocky melihat ada beban politik lain yang terus menggantung dan belum menghilang dari benak masyarakat. Isu ini, kata dia, hidup di percakapan sehari-hari, dari emak-emak hingga mahasiswa.

“Tetapi sekali lagi ada dua hal yang tetap menggantung di benak emak-emak, benak anak-anak muda, benak BEM. Kok ada dua soal yang jangan sampai hilang dari agenda setelah mitigasi bencana misalnya teratasi, setelah ekonomi bisa di negosiasikan untuk mencapai 6%,” lanjutnya.

Dua isu itu, menurut Rocky, berkaitan dengan kontroversi politik yang melibatkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

“Dua hal yang membebani publik bukan bukan sekedar membebani presiden, membebani publik terutama yaitu isu fufu fafa dan isu ijazah palsu. Dan sekarang ijazah palsu itu juga sudah mengarah pada wakil presiden Mas Gibran,” tegas Rocky.

BACA JUGA:Angka Duka Terus Naik, Korban Bencana Sumatera Lewati 1.100 Jiwa

Kategori :