“Saya mengincar trofi,” ujar Sakai dengan penuh percaya diri.
Dan kalimat itu bukan sekadar sesumbar.
BACA JUGA:Ayo Gamers Merapat! Yamaha Bikin Lomba E-Sport Bertajuk YGEC 2021, Berhadiah Jutaan dan Motor, Lo!
Jalan Terjal Menuju Juara
Perjalanan Sakai menuju gelar juara sama sekali tidak mudah. Di babak semifinal, ia harus berhadapan dengan Sadayuki Kato, pemain tangguh yang dikenal agresif dengan karakter Armor King.
Namun lagi-lagi, pengalaman dan ketenangan Sakai berbicara. Ia mampu membaca pola serangan lawan dan mengamankan kemenangan penting menuju final.
Di partai puncak, Sakai kembali mengejutkan penonton. Kali ini ia memilih karakter Lili, karakter yang membutuhkan timing dan kontrol presisi. Lawannya, Goro Sugiyama, sempat diunggulkan, namun Sakai berhasil mengendalikan pertandingan hingga akhirnya memastikan kemenangan mutlak.
Tepuk tangan pun bergemuruh. Bukan cuma karena kemenangan, tapi karena sejarah yang tercipta.
BACA JUGA:Netflix Games Gandeng FIFA, Peta Industri Game Sepak Bola Global Berubah
Mematahkan Stigma Usia di Dunia Gaming
Kemenangan Hisako Sakai langsung viral dan mendapat respons luar biasa. Banyak yang menyebut momen ini sebagai tamparan halus bagi stigma lama bahwa gim kompetitif hanya cocok untuk generasi muda.
Faktanya, gim seperti Tekken bukan hanya soal kecepatan tangan, tapi juga:
- Strategi,
- Ketenangan,
- Pengalaman membaca situasi.
Dan di situlah keunggulan Sakai terlihat jelas.
Tak sedikit komunitas esports global yang memuji turnamen ini sebagai contoh ideal bagaimana esports bisa menjadi sarana inklusif lintas generasi.
BACA JUGA:Sekali Angkat Langsung Heboh! Rizki Juniansyah Raih Emas SEA Games 2025 dan Cetak Rekor Dunia!