BACA JUGA:Impor BBM 2026 Mulai Dihitung, Bahlil Kasih Sinyal Keras ke SPBU Swasta yang Bandel
Diusir Permanen, Tak Bisa Banding
Keputusan akhir pun dijatuhkan: Naphat “Tokyogurl” Warasin resmi dikeluarkan dari SEA Games 2025. Sanksi tersebut bersifat final, mengikat, dan tidak dapat diajukan banding.
Federasi Esports Thailand menerima keputusan itu tanpa perlawanan. Dalam pernyataan resminya, federasi mengaku kecewa dan menyatakan komitmen untuk memperbaiki sistem pembinaan atlet.
Langkah evaluasi internal pun langsung dilakukan demi menjaga kredibilitas esports Thailand di mata internasional.
BACA JUGA:Subsidi Tak Kendur, Dari BBM Sampai Pupuk Negara Keluar Rp 345,1 Triliun
Satu Kesalahan, Satu Tim Gugur
Dampak kasus ini ternyata jauh lebih besar. Sebagai bentuk tanggung jawab moral dan solidaritas, seluruh tim AoV putri Thailand memutuskan mengundurkan diri dari SEA Games 2025.
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Thailand sebelumnya diunggulkan meraih medali di cabang tersebut.
Namun federasi menilai langkah mundur adalah pilihan paling terhormat untuk menjaga nilai fair play dan integritas kompetisi.
BACA JUGA:Kayu Sisa Banjir Tak Dibiarkan Mubazir, Pemerintah Putuskan Dipakai Bangun Hunian Korban
Tamparan Keras bagi Esports Asia Tenggara
Insiden ini menjadi pengingat bahwa esports bukan sekadar permainan, melainkan cabang olahraga profesional dengan aturan ketat dan konsekuensi serius.
SEA Games 2025 Bangkok yang semula diharapkan jadi etalase kemajuan esports Asia Tenggara kini harus belajar dari kasus ini. Transparansi, pengawasan ketat, dan pendidikan etika atlet dinilai wajib diperkuat.
Satu hal jelas: kecurangan, sekecil apa pun, tidak lagi punya tempat di panggung esports internasional.