Sampel Kayu Efek Banjir di Tapsel Terbongkar, Batangtoru Diduga Kena Efek Tebangan Diam-Diam

Rabu 10-12-2025,18:23 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Kementerian Kehutanan bersama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri turun langsung ke Batangtoru, Tapanuli Selatan, untuk mengumpulkan potongan kayu yang berserakan setelah banjir dan longsor menggulung kawasan itu. 

Sampel serupa ikut dipungut dari Kecamatan Sibabangun, Tapanuli Tengah. Setelah diteliti, potongan-potongan itu ternyata bukan sekadar kayu hanyut biasa. Ada jenis-jenis pohon yang bisa bicara lebih banyak soal apa yang terjadi di hulu.

Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda Kementerian Kehutanan, Yandi Irawan Sutisna, menjelaskan identifikasi dilakukan pada tumpukan kayu yang terseret arus dari beberapa titik bencana. Hasilnya membuat tim makin serius menautkan jejak kayu dengan asal-muasal bencana.

Di antara lokasi pengambilan sampel adalah Jembatan Garoga 1 di Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru, kemudian Jembatan Garoga 2 di Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun, serta titik Kilometer 6 dan Kilometer 8 di jalur Sibabangun. Dari keempat titik itulah para petugas mengumpulkan bukti, seolah sedang merangkai puzzle yang berserakan di tengah lumpur.

BACA JUGA:Niat Hati Ajak Ngopi, Thailand Malah Disuguhi Roket! Perbatasan Membara, Tetangga Mulai 'Ngelunjak'?

“Sampel kayu yang kami ambil sebanyak 43 potongan sampel, yang teridentifikasi 15 jenis pohon, dan belum diketahui ada 7 jenis pohon,” ungkap Yandi dalam konferensi pers di Jembatan Garoga 1, Rabu 10 Desember 2025.

Di Jembatan Garoga 1 saja, tim memungut 18 potongan kayu dan telah menjalani uji laboratorium pada 5 sampai 6 Desember. “Teridentifikasi jenis pohonnya ada 10, yaitu pohon karet, meranti, parinari, puspa, durian, nyatoh, agathis (damar), daru, bayur dan parapat,” beber Yandi.

Setidaknya, dari daftar itu, terlihat hutan yang hilang bukan hutan sembarangan.

Di Jembatan Garoga 2, enam jenis pohon muncul lagi dari sampel yang disisir, yaitu nyato, bayur, meranti, karet, puspa, dan durian.

Di Kilometer 6, dari 11 sampel, muncul jenis medang, sendok-sendok, kisereh, karet, bayur, johar, dan pasang.

BACA JUGA:Kritik Ijazah Jokowi Dibalas 'Giveaway' Tambang? Ide Gila Farhat Abbas Bikin Kapolri Melongo!

Adapun Kilometer 8, yang hanya menyumbang enam potong kayu, memperlihatkan keberadaan pohon karet, ara, dan aglaia (mahoni).

“Dan kami juga memetakan, setiap sampel yang kami ambil, kami juga ambil titik koordinatnya. Dan yang belum dikenali, kami kirim ke laboratorium di Bogor, untuk diidentifikasi,” ucapnya.

Menurut Yandi, dari potongan-potongan itu bisa dilacak apakah kayu tersebut berasal dari longsoran alami, tebangan resmi, atau pohon yang sengaja ditumbangkan sebelum hanyut terbawa arus.

Sementara penyelidikan penyebab bencana terus bergerak. Direktur Tipidter Bareskrim Polri Brigjen Mohammad Irhamni mengungkapkan tim mengikuti aliran Sungai Garoga sampai ke hulu. Di sanalah mereka menemukan sesuatu yang, bagi warga sekitar, bukan lagi rahasia: aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan sawit milik PT Tri Bahtera Srikandi di Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun. Lokasinya menempel dengan wilayah Tapanuli Selatan, tempat banjir bandang menghantam paling keras.

Kategori :