Kampanye Anti-Iklim Terorganisir, Raksasa Minyak Ternyata Jadi Penyandang Dana

Senin 08-12-2025,09:33 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Ratusan dokumen internal yang belakangan terbuka ke publik kembali menyingkap bab lama yang selama ini disimpan rapi di laci perusahaan minyak besar. Isinya bukan laporan produksi atau rincian pengeboran, melainkan catatan tentang sebuah kampanye terencana untuk membelokkan dukungan negara-negara berkembang terhadap proses perjanjian iklim PBB. Targetnya adalah Global South, kawasan yang saat itu masih dianggap mudah dipengaruhi jika “didorong dengan cara yang tepat.”

Kampanye ini berlangsung pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, dibiayai untuk menebalkan suara keraguan terhadap sains iklim. Sasaran utamanya Amerika Latin, wilayah yang kala itu sedang marak dengan diskusi soal pembangunan dan investasi energi. Di balik layar, berbagai aksi dilakukan, mulai dari membiayai penerjemahan buku-buku yang mengecilkan ancaman iklim sampai mengirimkan penyangkal iklim Amerika untuk berjejaring dengan politisi dan media lokal.

Dokumen korespondensi dan salinan cek yang ditemukan oleh DeSmog menunjukkan sebuah perusahaan minyak berbasis di Texas berada di pusat pusaran ini, mengalirkan dananya lewat Atlas Network, koalisi yang menaungi lebih dari 500 think tank pasar bebas di seluruh dunia. Kepada para donor dari industri bahan bakar fosil, jaringan ini secara terang menyebut salah satu tujuannya adalah meyakinkan negara berkembang tentang “dampak buruk dari perjanjian perubahan iklim global.”

Sebuah proposal strategi yang tak berbelit bahkan sempat menyatakan bahwa “Investasi dalam kebijakan publik berorientasi pasar ini adalah kunci vital bagi kemakmuran dan kesejahteraan masa depan kita – dan bagi kelangsungan imbal hasil yang kuat bagi para investor Exxon.” Kalimat terakhir itu menjelaskan motivasi sebenarnya, tanpa perlu dibedah terlalu dalam.

BACA JUGA:Ini Kenapa Merusak Hutan Sama Saja Mengundang Penyakit Masuk Rumah

Pertanyaan berikutnya tentu saja bagaimana skema ini dijalankan. Jawabannya muncul dalam rangkaian dokumen: pendanaan diarahkan, jaringan diperluas, dan narasi disebarkan ke berbagai belahan Global South.

Pendanaan Rahasia dan Pengaruh yang Menjalar ke Berbagai Kawasan

Media internasional melaporkan bahwa perusahaan minyak tersebut adalah Exxon. Pada 1997, setelah merasa “nyaman dengan dukungan yang kami berikan kepada organisasi yang berbasis di AS dan untuk isu-isu terkait AS,” Exxon meminta Atlas Network membantu mereka “mengasuh think tank pasar bebas di luar Amerika Serikat.” Targetnya Asia, Eropa, bekas Uni Soviet, dan khususnya Amerika Latin.

Setahun kemudian, Exxon mengirimkan cek sebesar AS$50.000 kepada Atlas Network, setara sekitar AS$100.000 setelah disesuaikan inflasi hari ini. Tujuannya membentuk “kelompok internasional yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi kebijakan pemerintah.” Dengan dana itu, Atlas Network menggerakkan mitra-mitranya di Amerika Latin, seperti Fundación República para una Nueva Generación di Argentina dan Instituto Liberal di Brasil. Seminar diadakan menjelang COP4 di Buenos Aires, memanfaatkan momentum agar gagasan yang meragukan perjanjian iklim mendapat panggung.

Salah satu hasilnya adalah terbitnya terjemahan Spanyol dari buklet karya Fred Singer berjudul “The Scientific Case Against the Global Climate Treaty,” yang menyatakan bahwa “tidak ada dukungan ilmiah yang signifikan untuk ‘ancaman’ pemanasan iklim global.” Narasi itu terus didorong ke ruang publik melalui seminar dan forum lokal. Bahkan, penyangkal iklim Amerika, Patrick Michaels, sempat dibawa ke acara di kawasan tersebut untuk diperkenalkan kepada pejabat, politisi, redaksi media, dan pelaku bisnis dengan agenda yang sama.

BACA JUGA:Hutan Tropis Negara Tetangga Ini Berbahaya, Dari Penyerap Jadi Penyumbang Polusi

Jangkauan kampanye juga masuk ke Asia. Atlas menerjemahkan buklet Singer ke dalam bahasa Mandarin dan mempertemukan think tank India, Liberty Institute, dengan kelompok konservatif Amerika seperti Heritage Foundation dan Cato Institute, yang vokal menentang kesimpulan ilmiah perubahan iklim. Dalam laporan kepada donatur tahun 1998, Atlas menulis bahwa beberapa capaian mereka tidak akan mungkin tanpa “bantuan finansial yang murah hati dari Exxon Corporation.” Meski begitu, perusahaan itu tak ingin identitasnya disebut.

“Pendekatannya adalah di balik layar, sengaja tidak mencari pujian publik atas upayanya,” tulis Atlas dalam catatan pertemuan bersama eksekutif Exxon pada 2000. “Tujuannya adalah membantu, tetapi tidak dikenal karena bantuannya.”

Bagi para peneliti, pola ini bukan lagi rahasia. Kert Davies dari Center for Climate Integrity menyebut dokumen tersebut sebagai “sejarah yang cukup buruk,” menunjukkan bagaimana Exxon mengambil posisi bahwa selama negara-negara meragukan bahwa iklim sedang dalam krisis, “Anda tidak akan pernah memiliki perjanjian iklim global.”

Atlas Network kini mencoba memberi jarak. Juru bicara mereka, Adam Weinberg, berkomentar bahwa dokumen yang dipermasalahkan berasal dari “lebih dari seperempat abad yang lalu” dan dari perusahaan yang “tidak pernah menjadi donatur penting” dan sudah berhenti memberi dana selama “hampir dua dekade.” Meski demikian, para analis menilai pengaruhnya tetap terasa.

Kategori :