JAKARTA, PostingNews.id — Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M. Syafi’i muncul di Kompleks DPR membawa kabar yang bikin dada makin sesak. Ia membeberkan bahwa korban tewas akibat banjir dan longsor di Sumatera sudah tembus 583 orang, sementara korban hilang yang masih dicari mencapai 553 jiwa. Jumlah yang terus bergerak naik ini ia laporkan setelah operasi SAR digelar tanpa henti sejak bencana melanda.
“Hari ini operasi SAR selalu atau terus dilaksanakan, dan untuk update data memang terakhir tadi jam 10.00 WIB, bahwa total jumlah korban yang telah terevakuasi meninggal dunia ada 583 orang, dan yang dilaporkan masih dalam pencarian ada 553 orang,” ujar Syafi’i di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.
Syafi’i menjelaskan Basarnas sudah mengeluarkan semua tenaga, semua peralatan, dan semua trik yang ada untuk mengevakuasi korban. Bahkan, demi memastikan logistik tidak macet, armada laut dan udara kantor SAR ikut dikerahkan.
“Badan SAR Nasional juga mengerahkan pesawat yang dari Tanjung Pinang, kemudian yang dari Jakarta atau dari Bogor, dan juga yang dari Surabaya kita rapatkan ke sana,” ucapnya.
BACA JUGA:Dapur MBG Siap Jadi Garda Depan Bencana, DPR Minta Ada Standar Resmi Biar Tak Asal Jalan
Tidak berhenti di situ, unit anjing pelacak K9 juga diturunkan. Medan lumpur yang mengering, bercampur kayu, dan menutup tubuh korban membuat pencarian tidak bisa hanya mengandalkan mata manusia.
“Kita sudah menggunakan K9 untuk membantu. Karena kondisi korban, khususnya yang akibat bencana banjir lumpur, tentunya ini mengalami kesulitan tersendiri pada saat lumpur itu ketebalannya tersendiri. Kemudian di dalamnya bercampur dengan kayu dan mulai lumpur ini mulai mengering. Sehingga kita membutuhkan salah satunya adalah K9,” jelas Syafi’i.
Menurutnya, angka korban hilang terus bertambah bukan karena tim SAR tidak turun ke lokasi, melainkan karena sejumlah wilayah benar-benar terisolasi. Tanpa sinyal, tanpa akses, laporan korban baru belakangan muncul dan membuat daftar pencarian makin panjang.
“Yang hilang menjadi 553. Jadi, terkait dengan kemarin ada beberapa daerah yang terisolasi. Jadi bukan karena kita tidak masuk ke sana, tapi daerah yang terisolasi ini mereka tidak memiliki sarana perhubungan untuk menginformasikan, sehingga tim SAR gabungan belum masuk ke daerah itu. Sehingga ada penambahan jumlah korban yang akan kita cari,” sambungnya.
BACA JUGA:Monas Bersiap Padat, Reuni 212 Buka dengan Salat Gaib untuk Korban Banjir
Soal kenapa data Basarnas dan BNPB beda, Syafi’i memberi penjelasan tegas. BNPB mencatat 631 korban tewas, tapi menurutnya angka mereka berbeda sumber. Basarnas memakai data yang bisa dipertanggungjawabkan karena berkaitan langsung dengan santunan bagi keluarga korban.
“Kita tidak tahu bahwa terkait dengan laporan yang ada di BNPB, karena BNPB ini sebagai koordinator dari seluruh kekuatan. Bisa dari informasi dari pemerintah daerah, ada dari TNI, dari Polri. Namun yang dilakukan oleh Badan SAR Nasional sebenarnya akan dipertanggungjawabkan, karena itu hubungannya dengan santunan, dengan hak-haknya dari keluarga,” imbuhnya.