POSTINGNEWS.ID --- Fokus ketegangan dunia kini tidak hanya tertuju pada Timur Tengah atau Eropa Timur, tetapi bergeser tajam ke "halaman belakang" Amerika Serikat, yakni kawasan Karibia.
Hubungan antara Washington dan Teheran kembali mendidih setelah Iran melemparkan tuduhan serius kepada Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam dituding melakukan intimidasi militer terang-terangan terhadap Venezuela, sekutu dekat Iran di Amerika Latin.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut pengerahan armada tempur AS di perairan dekat Caracas bukan lagi misi keamanan biasa, melainkan sinyal perang dingin baru. Berikut 3 fakta di balik ketegangan yang menyeret nama Rusia dan China ini!
BACA JUGA:PSI Makin Militan. Ahmad Ali Sampai Serukan Perang Bela Jokowi
1. Dalih "Anti-Narkoba" vs Realita Kapal Induk
Pemicu utamanya adalah pengerahan aset militer AS secara masif di Laut Karibia dan Pasifik Timur. Washington mengklaim operasi ini adalah misi anti-narkotika untuk memberantas kartel obat-obatan terlarang.
Namun, Teheran dan Caracas menolak mentah-mentah alasan tersebut. Bagi mereka, mengirim kapal induk (aircraft carrier) dan armada tempur lengkap hanya untuk menangkap pengedar narkoba adalah hal yang tidak masuk akal.
"Ini adalah pendekatan intimidatif," tegas Abbas Araghchi, dilansir dari Newsweek (27/11).
Iran menilai langkah ini adalah provokasi langsung untuk menggoyahkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro dan mengancam kedaulatan Venezuela.
BACA JUGA:SBY Ingatkan Bahaya Perang Dunia III, Serukan Dunia Bersatu Cegah Konflik
2. Poros "Anti-Sanksi" Bersatu
Ketegangan ini mempertegas terbentuknya blok baru yang menentang hegemoni AS. Iran dan Venezuela, dua negara yang sama-sama "babak belur" dihajar sanksi ekonomi oleh Washington, kini semakin erat merapatkan barisan.
Mereka memandang pengerahan militer ini sebagai bentuk kepanikan AS. Kerja sama militer dan ekonomi antara Iran-Venezuela pun diperkuat sebagai bentuk perlawanan simbolis terhadap kebijakan unilateral Gedung Putih.
BACA JUGA:Venezuela Kerahkan Militer Besar-besaran Hadapi Armada AS di Karibia
3. Rusia & China Turun Gelanggang
Yang membuat situasi makin runyam, konflik ini bukan lagi sekadar duel "AS vs Iran/Venezuela". Dua raksasa dunia lainnya, China dan Rusia, ikut menyatakan solidaritas penuh terhadap Presiden Maduro.
Dukungan Beijing dan Moskow ini mengubah peta permainan. Venezuela kini tidak berdiri sendirian. Kehadiran blok Timur ini memberikan sinyal keras bahwa setiap tindakan militer AS terhadap Venezuela bisa memicu konflik geopolitik yang jauh lebih luas dan berbahaya.
CATATAN: Laut Karibia kini telah berubah menjadi papan catur geopolitik yang sangat sensitif. Langkah AS yang agresif dibalas dengan solidnya aliansi musuh-musuh bebuyutannya. Dunia kini menahan napas, berharap "perang urat saraf" ini tidak meletus menjadi konfrontasi fisik yang merugikan stabilitas global.